TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut Indonesia butuh investasi hingga US$ 1 triliun pada 2060 untuk transisi menuju energi baru terbarukan. Karena itu, Arifin membuka peluang investasi dan kerja sama yang luas dengan mitra internasional.
"Kebutuhan akan dukungan finansial akan semakin meningkat karena kami akan menerapkan pensiun dini pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di tahun-tahun mendatang," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah menargetkan pengurangan emisi hingga nol karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Sejumlah program pun dijalankan untuk mencapai target ini. Pemerintah pun mendorong porsi kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi lebih besar ketimbang pembangkit energi dari fosil.
Mengutip siaran pers Kementerian ESDM, dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN teranyar tahun 2021-2030, porsi pembangkit EBT, yakni sebesar 52 persen. Sementara, pembangkit energi fosil yang hanya 48 persen.
Sekjen Kementerian ESDM yang pada Februari lalu mennjabat Plt Dirjen Ketenagalistrikan Dadan Kusdiana mengatakan pada rencana pengembangan pembangkit nasional ke depan, PLTU yang dibangun hanya PLTU yang sudah ditetapkan dalam RUPTL sebelum berlakunya Perpres Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Adapun berdasarkan RUPTL 2021-2030, diproyeksikan total tambahan kapasitas pembangkit adalah 40,575 GW, dengan porsi pembangkit EBT sebesar 20,923 GW atau 51,6 persen. Sedangkan porsi pembangkit fosil sebesar 19,562 GW atau 48,4 persen.
Pilihan editor: Menteri ESDM Pamer Program Transisi Energi di Depan Menteri Energi Inggris, Apa Saja?