TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Jago Tbk buka suara perihal kebijakan terbaru Bank Indonesia (BI) tentang kebijakan insentif likuiditas makroprudensial kepada bank penyalur kredit atau pembiayaan yang naik menjadi 4 persen dari sebelumnya 2,8 persen.
"Kemarin waktu kami meeting sama BI, kita sampaikan bahwa insentif likuiditas memang dibutuhkan," kata Direktur Bank Jago Sonny Christian Joseph pada awak media di kantornya, Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2023. "Cuma kami masih wait and see."
Dia lantas enggan beromentar lebih jauh. Sebab, menurut dia Bank Indonesia masih akan mengkajinya lebih lanjut.
BI sebelumnya mengumumkan kenaikkan insentif likuiditas makroprudensial berlaku bagi bank umum konvensional atau BUK, bank umum syariah atau BUS, dan unit usaha syariah alias UUS sejak 1 Oktober 2023.
Lebih jauh, Sonny menilai hampir semua likuiditas perbankan longgar. Sebab, pertumbuhan kredit yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/Yoy).
Hal ini senada dengan pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan Juli 2023 di Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2023.
Perry menyebut, perlambatan pada pertumbuhan kredit atau pembiayaan disebabkan oleh menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha. Dia menilai, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan.
BI juga menilai, likuiditas perbankan yang tetap longgar berpotensi mendorong berlanjutnya peningkatan kredit atau pembiayaan. BI mencatat, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) berada di posisi tinggi, yaitu 26,73 persen pada Juni 2023.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Perry Warjiyo Beberkan Strategi BI Dorong Penyaluran Kredit Tetap Terjaga