TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga angkat bicara soal lengkung bentang panjang atau longspan di lintasan LRT Jabodebek yang disebut-sebut salah desain. Akibat longspan yang menghubungkan Jalan Gatot Subroto dan Kuningan itu, LRT harus memperlambat kecepatan.
Soal ini, Arya menjelaskan, longspan di lintasan LRT yang tanpa tiang memang mengharuskan kereta bergerak lebih lambat. Hal tersebut dinilai sebagai pilihan tepat, baik dari sisi ekonomi maupun konstruksi.
Sebab, menurut dia, longspan yang panjang tanpa tiang tambahan akan membuat LRT jauh lebih efisien. Lintasan tanpa tiang itu lah yang membuatnya lebih efisien. Walaupun pada akhirnya, ada konsekuensi dari efisiensi yakni jalan kereta menjadi agak lambat.
“Dari sisi ekonomi, ini pun lebih ekonomis dibandingkan harus bangun tiang. Ataupun memperbesar ruang bagi LRT," kata Arya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2023.
Adapun dari sisi waktu, menurut Arya, dampaknya tidak akan begitu banyak. "Karena toh tidak terlalu panjang longspan tersebut. Jadi dari sisi waktu tidak merugikan. Dan jika membangun tiang-tiang di tengah, maka akan jauh lebih mahal,” tuturnya.
Lebih jauh, Arya menyatakan keyakinannya bahwa di masa mendatang Indonesia tidak perlu mengimpor teknologi jika ingin membangun LRT secanggih LRT Jabodebek tersebut.
“Masa kita mau impor terus. Kita ingin (diproduksi) di dalam negeri. Kita melakukan pembelajaran. Ini pembelajaran yang mahal, namun INKA ke depan semakin jago, membuat LRT yang bagaimana pun, dia akan sudah siap. Dan ini teknologi terbaru lagi,” ucapnya.
Adapun LRT atau kereta api ringan Jabodebek yang sedang dibangun di Jakarta, menurut Arya, bakal memberi manfaat optimal bagi bangsa Indonesia karena menggunakan teknologi terbaik dan paling efisien buatan dalam negeri.
Selanjutnya: “Mau tidak mau, INKA harus belajar...."