TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia Sutanto Soehodho menjelaskan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, jika jadi dibangun, sebaiknya melalui pantai utara. Karena, kata dia, secara ekonomi pembangunan kereta cepat akan lebih memungkinkan jika melalui jalur pantai utara daripada melewati pantai selatan.
Menurut dia, pembangunan jalur kereta cepat mesti mempertimbangkan medan trase dari rutenya. Semakin rata jalur yang dilalui maka akan semakin baik. “Karena kereta dalam gerakannya harus mempertahankan gradien yang sangat terbatas, misalnya maksimum 30-40 per mil atau 3-4 persen saja bahkan 0 persen pada stasiunnya,” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Kondisi geografis yang berbukit juga dapat memberi konsekuensi biaya pembangunan yang mahal karena mungkin perlu dibangun banyak terowongan atau tunnel. Sehingga pemilihan trase atau rute menjadi sangat krusial untuk menekan biaya capex dan opex (biaya investasi, operasi dan perawatan).
Lebih jauh pemilihan trase atau rute harus menjaminkan potensi demand penumpang yang tinggi untuk mempertahankan keberlangsungan kereta cepat ini karena biaya operasi dan perawatan yang mahal. Bahkan seringkali biaya investasi menjadi semacam sunk cost—biaya yang terjadi di masa lalu dan tidak dapat diubah sekarang maupun dimasa mendatang—yang harus dibayar oleh pemerintah.
“Dalam dimensi nilai keekonomian dan bukan semata nilai finansial,” ucap Sutanto.
Sementara untuk biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Sutanto menjelaskan sangat relatif. Tidak ada harga yang dapat dijadikan standar terlebih dalam konteks ketersediaan lahan untuk trase atau rute dan stasiun, bahkan depo dan workshopnya.
Untuk biaya pembangunan track atau infrastruktur kereta sebagai rule of thumb adalah track di atas tanah dibanding track yang elevated atau track dalam tanah/tunnel adalah 1:2:3 misalnya. “Untuk rolling-stock (gerbong dan loco) relatif sama termasuk signaling dan sistem integrasi lainnya,” kata dia.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dibatalkan
Namun, proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan dihentikan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Wahyu Utomo. Alasannya, proyek tersebut dinilai membutuhkan waktu yang panjang dengan biaya yang tinggi.
"Itu kan enggak kecil cost-nya dan belum juga diputuskan apakah mau kereta cepat, kereta semi cepat, atau seperti apa," kata Wahyu saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu, 26 Juli 2023.
Proyek Kereta Jakarta-Surabaya merupakan salah satu dari 58 PSN yang mangkrak. Proyek-proyek tersebut diketahui belum dimulai pengerjaannya meski ditargetkan rampung pada 2024.
Wahyu mengatakan Kementerian Perhubungan telah mengusulkan untuk menghentikan proyek tersebut. Namun, hingga saat ini, menurut Wahyu, Menteri Perhubungan belum melaporkan persoalan dalam proyek tersebut kepada kementerian terkait. Ia memperkirakan akan ada rapat terbatas soal PSN yang mengkrak bersama Presiden Joko Widodo pekan ini.
Selain alasan biaya dan waktu pengerjaan, menurut Wahyu, penghentian proyek Kereta Api Jakarta-Surabaya itu juga mempertimbangkan kondisi kereta yang ada saat ini. Menurut dia, kereta api lokal kini sudah banyak diperbaiki sehingga bisa menjadi pilihan bagi masyarakat.
MOH KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Susi Pudjiastuti Blak-blakan soal Harga Tiket Pesawat Rute Domestik Lebih Mahal dari Internasional