Ia menilai dunia perlu menyerukan aksi politik tingkat tinggi, aksi untuk mewujudkan SDGs menjadi kenyataan. "Tanpa itu, janji 2030 terancam hilang: Menabur kekecewaan, ketidakpercayaan dan kebencian, membahayakan planet ini, mengecewakan perempuan dan anak perempuan, dan menyangkal peluang dan harapan bagi jutaan orang," ujarnya.
Di masa depan, kata Guterres, khususnya agenda 2030 seharusnya bisa menjadi jalan untuk menjembatani perbedaan, memulihkan kepercayaan, dan membangun solidaritas. "Saya mendesak setiap negara untuk membuat tahun 2023 berarti."
Masyarakat internasional juga didesak untuk meletakkan dasar sekarang guna upaya terkoordinasi untuk mendapatkan SDGs di jalurnya, dengan memanfaatkan KTT Sistem Pangan, KTT Ambisi Iklim, antara lain.
Lebih jauh, Sekjen PBB meminta setiap pemerintah untuk datang ke KTT SDGs dengan rencana yang jelas dan janji untuk memperkuat tindakan di negara mereka hingga tahun 2030. Selain itu, harus ada komitmen dan intervensi nasional yang ambisius diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan pada tahun 2027 dan 2030.
Sedangkan pada KTT SDGs yang dijadwalkan pada September mendatang, Guterres mengatakan bahwa dunia membutuhkan KTT untuk memberi energi kembali kepada masyarakat sipil, bisnis, dan lainnya untuk mendukung tujuan tersebut -- memperkuat gerakan global untuk mewujudkannya. "Kami membutuhkan KTT SDGs untuk mengirimkan pesan yang jelas dari para pemimpin dunia melalui deklarasi politik yang kuat," ucapnya.
Untuk itu, dibutuhkan deklarasi politik yang memperbaharui dan merevitalisasi janji SDGs. "Yang membuka jalan untuk kemajuan yang lebih cepat dalam transisi kunci SDGs, dari perlindungan sosial dan pekerjaan, ke energi, pendidikan, dan lainnya,” kata Guterres.
ANTARA
Pilihan Editor: Ketidakpastian Global Kembali Meningkat, BI: Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Baik