TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menjelaskan asesmen terkini BI menunjukan ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat. Menurut dia, hal itu membuat risiko pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi.
“Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 2,7 persen year on year (YoY) dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat dan Cina,” ujar dia dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin, 10 Juli 2023.
Di Amerika, kata Destry, tekanan inflasi masih tinggi. Terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang mereda. Sehingga mendorong kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke depan.
Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, sedangkan di Jepang masih longgar. Sementara itu, di Cina pertumbuhan ekonomi juga tidak sekuat prakiraan di tengah inflasi yang rendah. “Sehingga mendorong pelonggaran kebijakan moneter,” tutur Destry. Pemulihan ekonomi di negara berkembang lain, seperti India, tetap kuat didorong oleh permintaan domestik dan ekspor jasa.
Menurut dia, perkembangan kondisi ekonomi negara maju dan berkembang itu mendorong nilai tukar dolar Amerika yang cenderung melemah terhadap mata uang negara maju. Tapi menguat terhadap mata uang negara berkembang.
“Perkembangan tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan terhadap ketahanan eksternal di negara berkembang, termasuk Indonesia,” ucap dia.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Meski ketidakpastian ekonomi global meningkat, Destry berujar, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung permintaan domestik dan positifnya kinerja ekspor. Kenaikan konsumsi rumah tangga juga berlanjut didorong oleh terus naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, dan terkendalinya inflasi.
Selain itu, dari segi investasi juga tetap kuat, terutama investasi nonbangunan sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi. “Kinerja pariwisata juga membaik sejalan dengan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara,” kata Destry.
Perbaikan ekonomi Indonesia juga dikonfirmasi oleh hasil survei BI tentang keyakinan konsumen yang meningkat dan penjualan eceran yang tumbuh positif. Serta indikator dini Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang masih berada di zona ekspansi.
Ke depan, Destry melanjutkan, pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi BI pada 4,5-5,3 persen. Serta akan meningkat pada 2024 dalam kisaran 4,7-5,5 persen.
“BIakan terus memperkuat sinergitas stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan,” ujar Destry.
Pilihan Editor: Viral Jamaah Haji Pamer Emas, Ini Perbandingan Harga Emas di Arab dan Indonesia