TEMPO.CO, Jakarta - Divisi LRT Jabodebek PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, Mochamad Purnomosidi, menjelaskan soal perkiraan kapal proyek yang LRT Jabodebek ini bisa balik modal. “LRT Jabodebek diperkirakan bisa balik modal setelah 13 tahun. Sehingga setelah itu tidak memerlukan lagi subsidi,” ujar saat dihubungi pada Selasa, 11 Juli 2023.
Perkiraan tersebut, kata dia, sudah dihitung dengan asumsi tarif dasar Rp 5.000 hingga tertinggi Rp 25 ribu yang sudah diusulkan oleh LRT Jabodebek. Dengan target 200 ribu penumpang per hari sejak dimulainya operasional komersial pada 18 Agustus 2023 nanti. Target juga akan meningkat menjadi 500 ribu penumpang per hari setelah 5-10 tahun.
Proyek tersebut digelar dengan nilai investasi sebesar Rp 29,9 triliun. Kemudian biayanya membengkak Rp 2,6 triliun menjadi Rp 32,5 triliun karena operasionalnya sempat diundur.
Hingga akhirnya pada 12 Juli 2023 lalu telah dilakukan uji coba operasional terbatas hingga 15 Agustus 2023. Untuk selanjutnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi, sekaligus sebagai pertanda operasional secara komersial.
Selain dari tiket, Purnomosidi menjelaskan, ada sumber pendapatan lain yang bisa menjadi pemasukan bagi LRT Jabodebek. Dia mencontohkan seperti berupa iklan di stasiun-stasiun, naming right, tenant, ATM center. “Atau bahasa sekarang adalah pendapatan non-farebox (pendapatan nontiket),” ucap Purnomosidi.
Direktur PT KAI Didiek Hartantyo pun menambahkan LRT Jabodebek direncanakan akan beroperasi dengan 560 kali perjalanan setelah semua uji coba sukses dilakukan. “Setiap hari pada hari kerja dengan headway rata-rata antara 3-6 menit,” tutur Didiek.
Didiek menjelaskan, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, PT KAI terus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sehingga dapat menghadirkan jaringan antarmoda yang saling terintegrasi dan memberikan pilihan first mile (pra-perjalanan) dan last mile secara terintegrasi.
Selanjutnya: “Sehingga para penumpang dapat melanjutkan..."