TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan pemakaian listrik selama pandemi Covid-19 menurun drastis. Namun, situasi itu berangsur pulih pasca pandemi. Darmawan berujar, pada 2020, pemakaian listrik PLN tumbuh -0,78 persen.
"Penurunannya lebih tinggi ketimbang penurunan pertumbuhan ekonomi yang sekitar 2,9 persen. Sedangkan di listrik minus 0,26 persen," kata Darmawan Prasodjo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu, 5 Juli 2023.
Situasi membaik pada 2022. Darmawan berujar, demand listrik tumbuh 6 persen. Sebelumnya pada 2021, demand listrik masih di 5,72 persen."Sekarang sudah normal. Pertumbuhan demand listrik tahun ini sudah mencapai 5,02 persen."
Begitu pula dengan beban puncak yang menurun saat pandemi, yakni dari 33,5 GW menjadi 37,5 GW. Namun setelah pandemi berakhir, pada 2022 beban puncak meningkat hingga 41,5 GW.
"Beban puncak mengalami kenaikan, yang menandakan bahwa demand kembali pulih," ujar Darmawan Prasodjo.
Darmawan Prasodjo mengatakan PLN terus mendorong permintaan listrik di Indonesia dengan menjaga momentum pertumbuhan pasca pandemi. Dia menyebut penjualan pada 2022 mencapai 274 TWh. Angka tersebut lebih tinggi 16,1 Twh atau setara revenue PLN sebesar Rp 22,1 triliun. Adapun pada 2021, penjualan listrik mencapai 257 TWh.
Untuk meningkatkan penjualan, PLN mengambil sejumlah langkah, di antaranya captive acquisition atau mengakuisisi tambahan demand dari kawasan industri. Kemudian, ada program electrifying marine, electrfying lifestyle, dan electrfying agriculture.
"Kami juga ada program diskon tambah daya untuk pengguna," tutur Darmawan Prasodjo.
Pilihan Editor: Rangkul Perbankan, Kementan Siapkan KUR untuk Petani Rp 50 M Tiap Kabupaten