Apalagi, Abdul Sobur menambahkan, kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), yang mana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang cukup besar.
"Untuk mengantisipasi jika situasi semakin memburuk, kita harus memanfaatkan dan mengoptimalkan emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya," katanya.
Menurut dia, berbagai upaya untuk meningkatkan industri mebel dan kerajinan nasional akan dibahas di rapimnas, mengingat sektor tersebut adalah industri masa depan bagi Indonesia karena memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya.
Industri mebel dan kerajinan, lanjutnya, merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, dan didukung oleh sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, maupun bambu.
Daya saing industri mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global, menurut dia, terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan, didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, Abdul Sobur mengungkapkan ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia selama Januari-Maret 2023 senilai US$ 658,85 juta atau turun 34,6 persen dibandingkan periode yang sama 2022 mencapai US$ 1,01 miliar.
Selanjutnya: AS masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar....