Hasil analisis itu, menurut Wahyu, berasal dari 18.921 data pembicaraan di Twitter dari 15.139 akun pada 8-12 Mei 2023. Alasan mengambil data dari Twitter, kata dia, karena merupakan platform yang representatif untuk menangkap aspirasi, kritik, ataupun masukan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan isu sosial, politik, atau kebijakan dari pemerintah.
“Setelah kami ambil datanya, kami collect datanya dan coba bersihkan dari akun media atau dari buzzer, sehingga harapannya perbincangan didapatkan dari user asli saja. Setelah itu kami lakukan analisis untuk exposure, sentimen, dan juga topik perbincangan,” tutur Wahyu.
Dia juga mengungkapkan beberapa contoh data yang diambil, mulai dari mempertanyakan mengapa subsidi diberikan kepada orang yang tidak membutuhkan subsidi. “Ada semacam pertanyaan yang sedikit bernada kecurigaan di sana,” kata dia.
Wahyu juga membacakan salah satu komentar dari akun bernama @sociaotalker yang menilai kebijakan itu mind blowing. “Kenapa subsidi ini kok kayak untuk orang-orang yang enggak butuh subsidi, atau yang butuh subsidi itu para pengimpor mobil listrik,” kata dia membacakan unggahan itu.
Pilihan Editor: Google Indonesia Buka 6 Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan S1 Bisa Daftar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini