TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga emas menguat di rentang US$ 1.926,10 hingga US$ 2.013,20 per troy ounce dalam perdagangan hari ini, Jumat, 24 Maret 2023. Sebelumnya dalam perdagangan Kamis malam, 23 Maret 2023, harga emas ditutup di level US$ 1.977,10 per troy ounce.
Ibrahim berujar, penguatan harga emas pada Kamis terjadi di tengah ekspetasi bahwa The Fed akan memiliki ruang terbatas untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang juga menarik dolar lebih rendah.
“Kemudian penahanan The Fed bahwa inflasi AS terlalu tinggi jarang menyebabkan lebih dari minat yang lewat di pasar emas selama setahun terakhir. Meskipun, logam kuning diberi label sebagai lindung nilai terhadap tekanan harga,” ujar Ibrahim melalui keterangannya, Kamis malam, 23 Maret 2023.
Pada Rabu, hal itu menjadi seruan untuk reli, mengembalikan emas ke level tertinggi US$ 1.900-an setelah mematahkan penurunan dua hari karena pandangan Ketua Fed Jerome Powell tentang inflasi sebagai musuh publik Amerika membawa para pencari safe-haven kembali ke logam mulia. “Jatuhnya dolar untuk kesembilan kalinya dalam 10 sesi juga membantu emas,” imbuh Ibrahim.
Adapun kemarin, The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin. Di tengah kesulitan akibat inflasi tinggi, Powel menyatakan pihaknya berkomitmen menurunkan inflasi ke target 2 persen. Dia juga mengatakan stabilitas harga menjadi tanggung jawab The Fed. Tak hanya itu, Powel berujar, sistem keuangan AS tetap mengkhawatirkan meski menurutnya industri keuangan secara keseluruhan sehat dan tangguh.
“Beberapa analis melihat itu sebagai dukungan lebih lanjut untuk posisi emas sebagai tempat berlindung yang aman,” ujar Ibrahim.
Sementara The Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan dan mengatakan berkomitmen untuk membatasi inflasi, perubahan dalam bahasa Fed membuat pasar bertaruh bahwa tingkat terminal bank sentral sudah terlihat. The Fed menaikkan suku bunga, tetapi melunakkan retorikanya pada pengetatan kebijakan moneter. Menuurt Ibrahim, hal itu menandakan bahwa The Fed kemungkinan mempertimbangkan jeda pengetatan kebijakan untuk mencegah hambatan ekonomi lebih lanjut.
Pergeseran potensial The Fed dalam kebijakan muncul setelah potensi krisis perbankan—yang membuat beberapa bank AS runtuh di tengah kenaikan suku bunga yang tajam. Investor pun, kata Ibrahim, menumpuk ke emas sebagai tempat berlindung yang aman.
“Dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang melambat dan The Fed yang kurang dovish melanjutkan kasus untuk logam kuning,” ujarnya.
Pilihan Editor: AC Pesawat Super Air Jet Mati, Kemenhub Beri Teguran dan Minta Dilakukan Investigasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini