TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham di perdagangan Asia memerah di tengah ketakutan krisis Silicon Valley Bank pada Senin 13 Maret 2023. Hang Seng melemah -3 persen, begitu juga Kospi -1,01 persen), STI (-1,15 persen), Nikkei (-1,67 persen), dan Shanghai (-1,40 persen).
Sementara itu, bursa saham AS sedikit melemah: DJIA -0.28%, S&P500 -0.15%, dan Nasdaq +0.45%. Pasar mendapat tekanan karena rencana regulator AS untuk memberikan bantuan pada nasabah SVB (yang mengalami kebangkrutan) gagal memberikan dorongan untuk saham-saham bank.
Namun, pasar terhindar dari penurunan yang lebih parah berkat keyakinan sejumlah investor bahwa perubahan drastis yang disebabkan oleh kebangkrutan SVB dapat meyakinkan the Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga acuannya.
Di Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menutup sesi di level 6.682,1, atau -1,54 persen di bawah level penutupan Jumat, 10 Maret 2023 (6.786.9).
Tim analis PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat per akhir sesi pertama perdagangan hari ini, sebanyak 106 saham menguat, sementara 474 melemah, dan 175 stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp6,5 triliun, frekuensi trading sebanyak 827.363 kali dan volume trading sebanyak 113,5 juta lot.
“Saham emiten logistik PT Jasa Berdikari Logistics (LAJU) kembali menjadi saham yang paling aktif diperdagangkan di sesi pertama hari ini, dengan frekuensi transaksi mencapai 47,750 kali, disusul BSBK (38,153) dan CUAN (33,954).
Dari segi volume, saham emiten teknologi GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menjadi yang terbanyak diperdagangkan di sesi pertama hari ini, dengan volume mencapai 22,9 juta lot, disusul BSBK (12,4 juta) dan FREN (3,8 juta).
Tak satu pun indeks sektoral yang menutup sesi pertama hari ini di zona hijau. Sementara itu, indeks sektor transportasi (IDXTRANS) menjadi indeks sektoral yang turun paling dalam di sesi pertama hari ini (-2,77 persen), disusul indeks sektor teknologi (IDXTECHNO) (-2,55 persen) dan indeks sektor consumer siklikal (IDXCYCLIC) (-2,04 persen).
Silicon Valley Bank didirikan pada 1983 sebagai bank komersial terbesar ke-16 di Amerika. Bank ini memberikan layanan perbankan ke hampir setengah dari semua perusahaan teknologi dan ilmu kehidupan yang didukung usaha AS. Bank SVB juga beroperasi di Kanada, Cina, Denmark, Jerman, Irlandia, Israel, Swedia dan Inggris.
SVB mendapat manfaat besar dari ledakan pertumbuhan sektor teknologi dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh biaya pinjaman yang sangat rendah dan ledakan permintaan layanan digital yang disebabkan oleh pandemi.
Aset bank, termasuk pinjaman, meningkat lebih dari tiga kali lipat dari US$ 71 miliar pada akhir 2019 menjadi US$ 220 miliar pada akhir Maret 2022, menurut laporan keuangan. Setoran membengkak dari US$ 62 miliar menjadi US$ 198 miliar selama periode itu, karena ribuan perusahaan rintisan teknologi memarkir uang mereka sebagai pemberi pinjaman. Jumlah karyawan globalnya lebih dari dua kali lipat.
Kemudian SVB runtuh dalam waktu sekejap pada Jumat, 10 Maret 2023. Investor kini gelisah tentang apakah tutupnya Silicon Valley Bank atau SVB dapat memicu krisis keuangan yang lebih luas.
Pemerintah federal AS turun tangan dengan menjamin simpanan pelanggan, tetapi kejatuhan SVB terus bergema di seluruh pasar keuangan global. Pemerintah juga menutup Signature Bank, bank daerah yang tertatih-tatih di ambang kehancuran dan menjamin simpanannya.
MARTHA WARTA | DEWI RINA | CNN | REUTERS
Pilihan Editor: Runtuhnya Bank Andalan Perusahaan Rintisan: Silicon Valley Bank, Ini Profilnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.