TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan Bapanas masih mengkaji pemberian subsidi lantaran harga kedelai cenderung turun. Seiring berakhirnya subsidi kedelai pada 2022.
Menurutnya, jika harga kedelai telah berada di kisaran Rp12.000 per kilogram, maka pemberian subsidi akan menjadi tidak efektif dan tidak tepat guna.
Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin menjadi negara sosialis dan memilih untuk mengikuti mekanisme pasar dan mengendalikannya dengan baik.
“Kami harus analisis dulu turun berapa dan berapa harga wajar keekonomian bagi perajin tahu tempe. Jangan semua subsidi terus, saat harga Rp13.000 dikasih subsidi Rp1.000 berarti harga Rp12.000, dia sudah bisa beli. Artinya kalau di bawah Rp12.000 tidak perlu subsidi dong biar harga pasar berjalan,” katanya Kamis, 2 Maret 2023.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berencana mengubah skema subsidi kedelai. Apabila sebelumnya skema subsidi kedelai diberikan sebesar Rp1.000 per kilogram melalui Perum Bulog, kini akan diubah skemanya dengan memberikan subsidi Rp1.000 per kilogram langsung kepada importir, sehingga langsung menjadi subsidi harga.
"Saya sudah usul agar subsidinya langsung ke importir. Importir disubsidi Rp1.000, kalau Rp12.000 berarti langsung disubsidi, sehingga jadi Rp11.000. Kalau sekarang melalui koperasi penghasil kan mengajukan satu-satu harus ada izin usahanya, ruwetlah pokoknya. Mau bikin tahu tempe kok dibikin ruwet hidupnya," ujarnya, di Cilegon, Minggu, 15 Januari 2023.