Meski begitu, ada sejumlah pejabat yang cenderung bank sentral mengerek bunga langsung 50 basis poin yang lebih besar pada pertemuan tersebut.
Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir tercatat serangkaian data yang menandakan aktivitas bisnis yang kuat di ekonomi terbesar dunia tersebut. Hal ini terlihat dari pasar tenaga kerja yang ketat, penjualan retail yang kuat, dan harga produsen bulanan yang lebih tinggi.
Data yang lebih panas dari perkiraan telah membantu menjaga dolar lebih kuat, tetapi juga menambah kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS kemungkinan perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama jika inflasi ingin mencapai target The Fed.
Lebih jauh, Ariston juga menyoroti pasar saham Asia tidak seluruhnya bergerak negatif pagi ini. Ia memperkirakan pasar bakal mengambil peluang membeli aset-aset berisiko di level rendah. Sentimen ini yang disebut-sebut dapat menjaga rupiah agar tidak terlalu melemah.
Dalam hitungannya, rupiah hari ini bisa melemah ke arah Rp 15.230 per dolar AS, dengan potensi tertahan di rentang Rp 15.150 per dolar AS. Adapun kemarin rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp 15.200 per dolar AS dibandingkan sehari sebelumnya di level Rp 15.190 per dolar AS.
ANTARA
Pilihan Editor: Gubernur BI Sebut Rupiah Terus Menguat: Lebih Baik dari Filipina, Thailand, dan Malaysia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.