TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kenaikan kebutuhan pembiayaan pada awal pandemi Covid-19 yakni tahun 2020 sangat tinggi, bahkan jika dianalogikan bisa membiayai pembangunan dua Ibu Kota Negara (IKN).
"Kebutuhan pembiayaan kita pada tahun 2020 mencapai Rp 1.645,3 triliun atau naik sekitar Rp 900 triliun dari APBN yang sebesar Rp 741,8 triliun. Itu sudah bisa dapat dua IKN," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2023.
Baca juga: Utang Indonesia Mencapai Lebih dari 7 Triliun, Simak 3 Faktanya
Sri Mulyani menjelaskan kenaikan signifikan hanya dalam satu tahun tersebut terjadi karena pendapatan negara terpukul akibat kegiatan ekonomi terhenti, sementara belanja negara meningkat signifikan untuk membantu masyarakat.
Implikasinya, kata Sri Mulyani, defisit APBN didesain agar melebar menjadi Rp 1.039,2 triliun atau 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2020, yang harus dibiayai oleh pemerintah. Padahal sebelumnya defisit APBN direncanakan hanya Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen PDB.
Bahkan perubahan target defisit dan rencana kebutuhan pembiayaan tersebut tak hanya diubah satu kali di tengah dinamisnya kondisi pandemi kala itu. Namun pada akhirnya, kata Sri Mulyani, realisasi defisit pada tahun 2020 mencapai Rp 947 triliun.
Baca juga: Sejumlah Fakta Seputar Rumah Menteri di IKN yang Telan Biaya Rp 537,1 Miliar
Pembiayaan defisit juga tidak mudah dilakukan. Lantaran pandemi turut menekan pasar modal dan pasar obligasi sehingga terbitlah kesepakatan bersama Menteri Keuangan bersama Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pembagian beban alias burden sharing dalam membiayai anggaran pandemi.
Sri Mulyani tak menampik pandemi Covid-19 benar-benar mengubah kebijakan fiskal di Indonesia dan membuat APBN lebih fleksibel. "Kami saat itu menyediakan berapapun yang dibutuhkan untuk menangani Covid-19. Jadi dalam situasi pandemi tidak ada alasan untuk tidak melakukan tindakan apapun hanya karena tidak ada uang," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani Ibaratkan Resesi Bagaikan Cuaca Buruk, Simak Caranya Menguatkan Ekonomi Masyarakat