Peningkatan jumlah penduduk produktif tersebut akan menjadi hal yang positif, terutama jika bisa dikelola dengan baik.
Implementasi prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola atau Environment, Social, and Government (LST/ESG) menjadi faktor lainnya. Kekhawatiran investor terhadap aspek ESG berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan.
Selain itu ia menambahkan tren suku bunga rendah alias low interest rate environment pun akan mempengaruhi industri perbankan ke depannya. Tren penurunan imbal hasil kredit berdampak pada margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) yang semakin tertekan.
"Kita lihat di 2020 itu NIM bisa lebih 10 persen, tetapi di 2022 hanya sekitar 6 persen, sehingga strategi bank tetap didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya karena NIM-nya semakin kecil. Kalau mau laba besar berarti harus mencari nasabah sebanyak-banyaknya, kira-kira begitu," tutur Sunarso.
Dia mengatakan utilisasi data dan teknologi menjadi faktor yang tak kalah penting dan semakin dominan saat ini di industri perbankan. Penggunaan data analytics untuk mempercepat proses bisnis credit underwriting dan marketing.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini