Sedangkan pajak tumbuh 34,3 persen dibandingkan penerimaan pajak tahun 2021. Tahun sebelumnya itu penerimaan pajak adalah Rp 1.278 triliun, itupun sudah tumbuh 19,3 persen, dan tahun ini tumbuh lebih tinggi lagi di 34,3 persen.
“Jadi ini adalah kinerja 2 tahun berturut-turut di atas dari target. Bahkan waktu targetnya direvisi pun tetap bisa tembus di atasnya,” ucap dia.
Untuk pendapatan dari kepabeanan dan cukai, Sri Mulyani juga melihat kinerjanya cukup baik. Sebetulnya, dia berujar, pada APBN 2022 bea dan cukai diharapkan target awalnya Rp 245 triliun kemudian direvisi menjadi Rp 299 triliun.
Namun ternyata bisa mengumpulkan Rp 317,8 triliun atau 106,3 persen dari revisi melalui Perpres 98 atau tumbuh 18 persen dari realisasi tahun sebelumnya yang terkumpul Rp 269 triliun. Tahun sebelumnya bea dan cukai itu sudah tumbuh sangat tinggi 26,4 persen.
Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP, Sri Mulyani menjelaskan, menunjukkan sebuah cerita yang luar biasa. Di APBN awal PNBP ditargetkan Rp 335,6 triliun, maka pada pertengahan tahun lalu direvisi ke atas dengan cukup signifikan yaitu targetnya dinaikkan menjadi Rp 481,6 triliun.
“Realisasinya Rp 588,3 triliun itu adalah kenaikan 28,3 persen dari tahun lalu yang sudah melonjak naik yaitu di level Rp 458,5 triliun,” tutur Menteri Keuangan.
Sri Mulyani menilai kinerja penerimaan negara mulai dari pajak, bea dan cukai, hingga PNBP sungguh luar biasa. Dua tahun berturut-turut sampai ekonomi pulih, penerimaan negara juga mulai pulih. “Kita juga melakukan pengumpulan penerimaan negara dari kenaikan komoditas. Ini kita gunakan untuk melindungi rakyat dan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini