TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan tumbuh positif menjadi US$ 77 miliar atau Rp 1.199 triliun (dengan acuan Rp 15.583 per dolar) pada tahun 2022, dari sebelumnya US$ 63 milyar tahun 2021. Meski demikian, terjadi tren penurunan proyeksi yang semula lebih optimis namun terkoreksi lebih rendah.
“Kalo menururt saya, terkait startup kalo kita lihat tergantung investment dari para angel investor,” ujar Tauhid ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 9 Desember 2022. Ia pun menjelaskan terdapat dua sumber keuangan angel investor, yakni dari sekuritas dan dari perbankan.
Tauhid turut menyebut nilai-nilai bisnis dari setiap startup tidak seluruhnya sama, sehingga masing-masing sektor ada yang berkembang, ada yang tidak. “Yang masih bertahan adalah e-commerce dan kesehatan. Cuma yang lain banyak yang marketnya mulai turun drastis,” jelas dia. Terkait sektor pangan dan transportasi, ia turut menyebut perkembangannya masih tinggi.
Adapun tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) startup yang belakangan terjadi di beberapa gerai di Indonesia, menurut Tauhid, akan masih berlanjut sampai tahun depan. “Kirana selama masih gonjang ganjing situasi resesi global begini, akan semakin banyak. Bukan hanya bisnisnya, tapi investornya juga,” tuturnya.
Meski begitu, terkait pertumbuhan ekonomi, Tauhid menyebut keadaan ekonomi indonesia lebih baik dr negara negara maju. “Kenapa begitu? karena negara yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan internasional baik ekpor dan impor, sensitif terhadap perekonomian global. Kita kan 80 persen domestik jadi kalo di situasi global masih survival,” ujar dia.
Lebih lanjut, ia pun memaparkan perkembangan startup di Indonesia cukup pesat di mana jumlah startup Indonesia mencapai 2,379 startup. Ia menjelaskan angka tersebut membuat Indonesia berada di peringkat 5 dunia, di bawah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada. Sementara di ASEAN merupakan tertinggi pertama, di atas Singapura dan China.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini