TEMPO.CO, Jakarta - PT GoTo, merger dari Gojek dan Tokopedia, menjadi sorotan publik belakangan ini. Hal ini berangkat dari kabar pemutusan hubungan kerja atau PHK massal GoTo, yang dilakukan PT GoTo Gojek Tokopedia kepada 1.300 karyawan atau 12 persen dari tenaga kerjanya. Pemangkasan ini dilakukan di seluruh negara operasional GoTo, antara lain Indonesia, India, Singapura dan Vietnam.
Merespons hal ini, Manajemen GoTo pun akhirnya buka suara. Langkah tersebut dilakukan dalam rangka mendorong kemandirian finansial perusahaan. “Hal ini dilakukan supaya perusahan dapat terus memberi dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo," rilis dari CEO GoTo pada Jumat, 18 November 2022.
GoTo memilih kebijakan PHK sebagai upaya mengakselerasi perusahaan demi pertumbuhan dan kemandirian bisnis secara sustainable dalam jangka panjang. GoTo pun akan berfokus pada tiga layanan bisnis inti, yakni on-demand, e-commerce dan financial technology. Pasalnya, pertumbuhan ketiga lini bisnis itu dinilai paling konsisten.
Baca: GoTo PHK Massal Karyawan, Ini Cerita Perusahaan dulu Jor-joran Rekrut Lulusan Luar Negeri
GoTo merupakan hasil dari merger dua perusahaan unicorn, yakni Gojek dan Tokopedia. GoTo resmi terbentuk pada 17 Mei 2021. Itu sejatinya merupakan proses akuisisi Tokopedia oleh Gojek sebagai anak perusahaan. Setelah merger, Gojek lalu merubah nama perusahaannya dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia.
Menurut CEO GoTo Andre Soelistyo, pemangkasan jumlah karyawan adalah keputusan yang sangat sulit dan kompleks. Sehingga ia memerlukan waktu untuk memastikan segala sesuatu direncanakan dengan matang, agar karyawan yang terdampak mendapat perlakuan terbaik.
Ia mengatakan selama 18 bulan Tokopedia dan Gojek bersatu menjadi GoTo, perusahaan telah melewati banyak tantangan dan menerobos banyak hambatan. Salah satu momen paling membanggakan sekaligus paling rumit, menurutnya, adalah pada saat perusahaan memutuskan IPO di tengah-tengah pandemi global.
GoTo mengklaim banyak melakukan evaluasi optimalisasi beban biaya secara menyeluruh, termasuk penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, dan melakukan negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama dalam satu tahun terakhir. Pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan telah melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp 800 miliar dari berbagai aspek penghematan, seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing.
Baca: Boy Thohir Pernah Bilang GoTo akan Sampai 200 tahun, profil Komut GoTo dan Perusahaan-perusahaannya
Kendati demikian, optimalisasi itu dinilai belum cukup untuk memperkuat keuangan perseroan. Alhasil GoTo memutuskan untuk fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali perusahaan agar mampu lebih jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global. Gojek juga menjelaskan tantangan makro ekonomi global memberikan dampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia, termasuk GoTo.
Pihak GoTo menyakan bahwa karyawan yang terkena PHK massal itu akan menerima dukungan komprehensif selama masa transisi karena telah bekerja keras dan memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Dukungan tersebut berup tambahan satu bulan gaji, kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu), pencarian kerja dan layanan konseling.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga: PHK Massal 1.300 Karyawan, Begini Kilas Balik Berdirinya GoTo Hasil Merger Gojek dan Tokopedia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.