Kedua, mengubah ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
Ketiga, meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi. Luhut menjelaskan, peningkatan efisiensi melalui digitalisasi sangat positif karena secara otomatis bisa mengurangi tingkat korupsi yang datang dari sistem pengadaan.
"Karena sekarang digitalisasi, tidak ada tender. Banyak yang tidak suka, tapi saya tidak peduli. Pengeluaran akan turun, pendapatan negara naik, UMKM naik," kata Luhut.
Keempat, memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa. Soal ini, kata Luhut, banyak yang beranggapan perekonomian tumbuh baik hanya karena industrialisasi maju dan berbasis komoditas. "Ternyata dana desa yang kita bikin hampir US$ 500 triliun selama tujuh tahun itu berdampak pada 74 ribu desa," ucapnya.
Sedikitnya, Luhut menjelaskan, per tahun dana hampir US$ 1 miliar digelontorkan dan berputar di desa sehingga membuat warga desa menjadi berdaya. Dalam kesempatan itu juga, Luhut meminta asosiasi keuangan digital dari Asosiasi Fintech Indonesia (Aftec) agar lebih peduli dengan pemberdayaan warga desa.
Kelima, mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi. Soal ini, Luhut yakin target bakal tercapai karena kelebihan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, nomor satu cadangan nikel di dunia, nomor dua cadangan timah di dunia, nomor tujuh cadangan tembaga di dunia serta memiliki 437 gigawatt potensi energi terbarukan.
ANTARA
Baca juga: Putin Dipastikan Tak Hadir di KTT G20, Luhut: Kami Menghormati Itu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini