TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menutup perdagangan pada Rabu sore ini, 9 November 2022, dengan menguat 40 poin di level 15.657 per dolar AS. Sehari sebelumnya rupiah berada di 15.707 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar turun lebih dari 1 persen di tengah meningkatnya ketidakpastian atas hasil pemilihan paruh waktu.
“Kebuntuan politik potensial kemungkinan akan memastikan tidak ada perubahan besar pada kebijakan fiskal di tahun-tahun mendatang, yang dapat menguntungkan greenback,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Rabu, 9 November 2022.
Baca: Usai Rupiah Jeblok Terdalam di Asia hingga 15.738 per USD, Bagaimana Prediksi Pekan Depan?
Ibrahim berujar dengan tumbuhnya ekspetasi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh The Fed, pasar sekarang memperkirakan kemungkinan hampir 60 persen bahwa bank sentral bakal menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Desember.
Hal ini setelah sejumlah pejabat The Fed menyatakan dukungannya untuk langkah tersebut.
“Namun mengingat bank sentral juga mengisyaratkan bahwa suku bunga kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan, prospek mata uang Asia tetap tidak pasti,” ujar Ibrahim.
Sementara itu, kata Ibrahim, data menunjukkan inflasi Cina jauh lebih lemah ketimbang yang diperkirakan pada Oktober. Hal ini menandakan tantangan ekonomi yang lebih banyak bagi negara tirai bambu itu lantaran berjuang untuk menavigasi wabah Covid-19.
Selain itu, menurut Ibrahim, sentimen terhadap Cina memburuk minggu ini setelah pihak berwenang mengatakan Beijing tidak memiliki rencana untuk mengurangi kebijakan ketat nol Covid. "Yang merupakan jantung dari kesengsaraan ekonomi Cina tahun ini,” ujarnya.
Ia memperkirakan nilai tukar rupiah besok kembali menguat di rentang 15.630 hingga 15.700 per dolar AS.
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Lagi, Rupiah Bakal Makin Tertekan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.