TEMPO.CO, Jakarta -Kalangan ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan semakin tertekan, seiring dengan kian tingginya suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate menjadi 3,75 – 4 persen, setelah semalam diumumkan naik lagi 75 basis poin.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan masih terus agresifnya kebijakan moneter The Fed itu akan semakin membuat aliran modal dari negara-negara ekonomi berkembang atau emerging market banyak keluar, termasuk yang ada di Indonesia.
"Semakin lama tingginya tingkat suku bunga itu, semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Dengan demikian memicu arus keluar modal di pasar negara berkembang, terutama pasar keuangan Indonesia, terutama di pasar SBN," kata dia dikutip dari Macro Brief, Kamis, 3 November 2022.
Imbas dari kondisi keluarnya aliran modal asing, terutama di pasar surat berharga negara (SBN) akan langsung tertuju pada nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. Faisal mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga pasti akan semakin tertekan.
"Ini memberikan tekanan pada stabilitas nilai tukar rupiah meskipun harga komoditas yang tinggi memungkinkan Indonesia untuk terus mengalami serangkaian surplus perdagangan yang besar dan mencatat peningkatan aliran masuk modal asing," ujar Faisal.
Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per hari ini di level Rp 15.681 per dolar AS. Angka itu jauh lebih tinggi dari catatan pada hari sebelumnya, Rabu, 2 November 2022 di level Rp 15.652.