TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengakui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah hingga saat ini. Namun, dia menekankan, pelemahannya lebih baik di bandingkan negara-negara berkembang lainnya.
Berdasarkan data terakhir Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI per 19 Oktober 2022, rupiah berada di level Rp 15.491 per dolar AS. Angka ini memburuk dari level 18 Oktober 2022 sebesar Rp 15.469 per dolar AS.
"Stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah sangat kuatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry saat konferensi pers virtual, Kamis, 20 Oktober 2022.
Baca: Rupiah Melemah ke 15.498 per Dolar AS Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI, Dipicu Faktor Apa Saja?
Perry menjelaskan, Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama atau DXY masih berada pada level yang tinggi, meski menurun. Indeks dolar AS kata dia mencapai level tertinggi sebesar 114,76 pada 28 September 2022 dan menjadi 112,98 pada 19 Oktober 2022.
Angka itu, menurut Perry, masih menguat sebesar 18,10 persen secara tahun berjalan selama 2022. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar telah terdepresiasi atau melemah 8,03 persen secara tahun berjalan.
"18,10 persen year to date selama tahun 2022. Sementara itu, nilai tukar Rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03 persen year to date dibandingkan dengan level akhir 2021," ujar Perry.
Tapi, Perry menekankan, mski rupiah terus melemah hingga saat ini, angka depresiasinya relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.
Selanjutnya: India, Malaysia, Thailand juga terdepresiasi sejalan menguatnya dolar AS.