TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO mencatat terjadinya kenaikan harga beras saat ini. The FAO All-Rice Price Index naik 2,2 persen karena produksi beras dunia turun. Badan Pangan Nasional pun mengantisipasi kenaikan harga beras dunia di dalam negeri dengan mulai melakukan operasi pasar.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini Badan Pangan Nasional telah melakukan operasi pasar dengan mengeluarkan beras Bulog ke seluruh pasar yang ada di Indonesia sebanyak 200 ribu ton selama sebulan ini.
"Jadi beras Bulog dikeluarkan aja sampai sebulan 200 ribu ton untuk seluruh daerah di Tanah Air. Jadi berapapun kebutuhannya kita siapkan, paralel Bulog juga kita tugaskan untuk menyerap," kata Arief di Jakarta Convention Center, Selasa, 11 Oktober 2022.
Baca: Forum G20, Mentan: Semua Negara Cemas Akan Krisis Pangan
Arief tapi enggan mengungkapkan berasa stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog sat ini untuk mengantisipasi permasalahan beras dunia itu. Dia hanya memastikan, saat ini Bulog juga masih menyerap beras para petani dimulai dari tingkat gabahnya di berbagai sentra produksi.
"Kalau kondisi stok itu aman, hanya harga ini yang harus kita jaga terus. Pak presiden kan bilang jaga inflasi. Kalau ketersediaan aman, tinggal kita jaga harga itu supaya tidak terlalu tinggi," ujar Arief.
Berdasarkan laporan FAO per 7 Oktober 2022 lalu, produksi beras dunia diperkirakan akan turun 2,4 persen hingga akhir 2022 dibanding produksi pada 2021. Produksi beras menurut FAO hanya akan mencapai posisi 512,8 juta ton atau turun dari perkiraan September sebesar 514,5 juta ton.
Selanjutnya: Produksi beras disebabkan kekeringan di Cina dan...