Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023 Bisa Terjadi?

image-gnews
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 September 2022. Rapat tersebut membahas dan persetujuan penyertaan modal negara (PMN) tahun 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 September 2022. Rapat tersebut membahas dan persetujuan penyertaan modal negara (PMN) tahun 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami resesi ekonomi pada 2023. Dia mengatakan negara Indonesia tengah mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia berpotensi menimbulkan resesi global. 

"Tekanan inflasi global sudah direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat," ujar Sri Mulyani dalam paparannya saat konferensi pers APBN Kita secara daring pada Senin, 26 September 2022. 

Sri Mulyani pun menyebut sejumlah negara yang secara agresif mengerek suku bunga untuk menahan gejolak inflasi, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Selain negara-negara maju tersebut, kenaikan suku bunga secara agresif juga dilakukan oleh bank sentral negara emerging market seperti Brasil dan Meksiko. 

"Jadi kita harus mewaspadai spill over yang akan berpotensi menimbulkan gejolak di pasar keuangan," kata Sri Mulyani. 

Lanjut Sri Mulyani, kondisi ini akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan ekonomi. "Bank Dunia memperkirakan jika bank sentral di seluruh dunia  melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, resesi global akan terjadi pada 2023," 

Penyebab Ancaman Resesi Ekonomi 2023

Menanggapi hal itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menjelaskan penyebab munculnya ancaman resesi global 2023. Menurut dia, hal itu karena ada tiga jalur transmisi yang terjadi.

Pertama, kata Bhima, jalur dari pengetatan moneter, di mana negara-negara maju meningkatkan suku bunga secara agresif. “Itu bisa memicu arus modal keluar dari negara-negara berkembang,” ujar dia melalui sambungan telepon Sabtu malam, 1 Oktober 2022.

Selain itu jalur tersebut juga bisa menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Indikatornya dolar index mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sekarang angkanya di antara 112-113, itu 17 persen sejak awal tahun dolar index naik. 

Jalur transmisi kedua melalui perdagangan. Berdasarkan baltic dry index, telah terjadi penurunan jumlah kontainer. Itu menunjukkan volume perdagangan sudah mulai turun atau anjlok.

Adapun pengaruh transmisi perdagangan adalah kepada permintaan komoditas, yang selama ini Indonesia bisa berbangga pertumbuhan ekonominya masih terjadi karena di-support komoditas tambang dan perkebunan. “Tapi kalau sudah mulai ada tekanan dari sisi permintaan negara maju, terus menurun gitu, maka harga komoditasnya juga turun,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga : Isyarat Menjelang Resesi Ekonomi

Bhima mencontohkan CPO yang harganya sudah kembali ke posisi Juni 2021, dan minyak mentahnya juga sudah terkoreksi. Itu bisa mempengaruhi surplus perdagangan di banyak negara juga devisa dari hasil ekspor.

Kemudian yang ketiga jalur transmisi yang paling berisiko itu adalah soal krisis pangan. Bhima menilai hal itu transmisinya tercepat kedua setelah sektor moneter atau sektor keuangan. Karena, dia berujar, pangan ini ada 30 negara lebih yang melakukan pembatasan ekspor pangan, sehingga proteksi pangan dilakukan di banyak negara.

Sementara, Bhima melanjutkan, ada masalah lain yaitu sebentar lagi masuk musim dingin, serta gandum juga masih terganggu oleh perang di Ukraina. “Ini khawatirnya akan memicu lonjakan harga pangan di banyak negara,” ucap Bhima. “Tiga transisi itulah ya (penyebabnya).”

Sementara itu, menurut Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, menyebut bahwa resesi yang akan terjadi kedepannya disebabkan oleh lonjakan inflasi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina. 

"Peningkatan inflasi tersebut  diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya,' kata dia seperti dikutip dari laman Universitas Gajah Mada, Jumat 30 September 2022. 

Apabila bunga acuan meningkat, Wayan melanjutkan, biaya modal dan bunga kredit yang akan ditanggung bisnis juga akan naik. Dampak lanjutannya biasanya diikuti oleh mata uang lokal yang melemah terhadap mata uang asing. Dan bila suatu negara memiliki banyak pinjaman dalam mata uang asing baik oleh pemerintah maupun swasta maka jumlah mata uang lokal yang akan dikeluarkan untuk membayar pinjaman dalam mata uang asing juga akan meningkat. 

"Jika kondisi tersebut tidak membaik, maka kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal pada akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis atau resesi ekonomi global," paparnya.

KAKAK INDRA PURNAMA

Baca juga : 6 Penyebab Resesi Ekonomi, Bagaimana dengan Indonesia?  

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

17 jam lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.


Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

18 jam lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.


Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

19 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama jajarannya bersiap memulai konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2024 di Jakarta, Senin 25 Maret 2024. Sri Mulyani mengatakan, realisasi anggaran Pemilu 2024 hingga 29 Februari 2024 sebesar Rp 23,1 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.


Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

19 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. TEMPO/Annisa Febiola.
Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.


Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

19 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani. TEMPO/Subekti.
Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.


Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

20 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani TEMPO/Tony Hartawan
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.


Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

20 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.


Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

23 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani TEMPO/Tony Hartawan
Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.