TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) mengklaim sudah ada enam perusahaan kapal gulung tikar. Perusahaan-perusahaan anggota Gapasdap itu tumbang karena iklim bisnis yang tidak kondusif.
Lesunya bisnis penyeberangan juga diperparah dengan kenaikan tarif angkutan yang beberapa kali ditunda. "Jadi setidaknya ada enam (entitas) yang sudah jelas-jelas menjual (aset) dan saat ini yang sedang dalam pengelolaan bank itu juga masih banyak," kata Ketua Umum Gapasdap Khoiri Soetomo dalam diskusi virtual, Sabtu, 24 September 2022.
Khoiri mengatakan para pengusaha mendesak pemerintah segera memberlakukan kenaikan tarif angkutan penyeberangan. Apalagi, harga bahan bakar minyak (BBM) sudah naik.
Menurut Khoiri, kenaikan tarif perlu dilakukan lantaran pengusaha kian menderita akibat beban operasional kapal yang tambah besar. Saat ini, ongkos operasional kapal melampaui pendapatannya karena harga BBM mahal. Ditambah lagi, intensitas perawatan kapal lebih tinggi ketimbang pesawat dan mobil.
Ia kemudian membandingkan perawatan kapal, pesawat, dan mobil. Untuk pesawat, Khoiri mengatakan, beban biaya operasionalnya bisa ditekan jika operator mengandangkan armadanya. Begitu juga dengan mobil yang perawatannya dihitung menurut argometernya. Sementara itu, kapal penyeberangan harus terus menjalani perawatan walau tidak beroperasi untuk mencegah pengerakan kotoran pada lambung kapal yang menyebabkan mesin rusak.
"Jadi karena itu juga masih banyak dan yang mencicil gajinnya (karyawan). Enam bulan tidak bayar banyak juga, ini bukan omong kosong, semua ini bisa dibuktikan," kata Khoiri.
Namun, Khoiri tidak menggamblangkan nama-nama perusahaan yang telah bangkrut. Ia hanya menyebut ada satu perusahaan yang kapalnya diakuisisi BUMN.
"Itu perusahan penyeberangan feri terbesar di Indonesia dengan memiliki 53 kapal, hampir 60 kapal penyeberangan lah sudah diakusi oleh BUMN dan itu saya akan sangat sulit menyebutkan PT nya," ujar Khoiri.
Berdasarkan penelusuran Tempo, perusahaan yang baru saja diakuisisi oleh BUMN PT ASDP Indonesia Ferry adalah Jembatan Nusantara. Jembatan Nusantara memiliki 53 unit kapal yang seluruhnya beroperasi di lintasan komersial.
Sebelum enam perusahaan itu bangkrut, di lintasan Ketapang-Gilimanuk, ada perusahaan penyeberangan besar, yakni KMP Cemerlang, yang sudah lebih dulu ambruk. Kapal-kapalnya pun sudah disita oleh bank syariah untuk dilelang.
"Dan sampai sekarang ya hilang. Terus di Merak-Bakauheuni ini juga banyak sekali kapal-kapal yang sementara dalam proses pengambilalihan. Bahkan kapal yang saya sebutkan ini adalah kapal anggota Gapasdap kebanggan kami," ucapnya.