TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memperkirakan transmisi kenaikan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate yang telah dinaikkan pada bulan ini sebesar 50 basis poin tidak akan membuat suku bunga deposito maupun suku bunga kredit akan naik drastis dalam waktu dekat.
Pasalnya, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, likuiditas di perbankan masih sangat longgar. Hal ini tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 26,52 persen hingga Agustus 2022. Dengan begitu, suku bunga kredit akan masih rendah.
"Kenaikan BI Rate tentu saja itu pengaruhnya terhadap kenaikan suku bunga perbankan akan lebih lambat dari kondisi-kondisi sebelum Covid karenan kondisi likuiditas di perbankan sangat longgar," kata Perry saat konferensi pers secara virtual, Kamis, 22 September 2022.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menambahkan, dengan kondisi likuditas itu, suku bunga deposito maupun suku bunga kredit di perbankan malah cenderung turun saat ini. Data terahir yang diperoleh setelah BI menaikkan suku bunga acuan pada Agustus 2022 sebesar 25 basis poin.
"Masih menujukkan tren penurunan. Untuk dana kita lihat turun 44 basis poin menjadi 2,9 persen, dan untuk kredit kita lihat turun 48 basis poin menjadi 8,94 persen," kata Destry.
Baca Juga:
Destry berujar, dengan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin dari 3,75 persen menjadi 4,25 persen pada masa normal atau saat-saat likuditas di perbankan tidak terlalu melimpah seperti sekarang, maka transmisinya akan terjadi 1-2 kuartal setelah kenaikan suku bunga acuan BI diumumkan.
"Dalam kondisi normal biasanya transmisinya 1-2 kuartal. Ini nanti akan kita lihat dampakanya tapi dengan kondisi saat ini likuiditas masih banyak. Kami perkirakan pengaruh ke perbankan tidak akan signfiikan," ujar Destry.
Selanjutnya: Tren bunga kredit dan deposito diperkirakan masih terus berlanjut turun.