TEMPO.CO, Solo - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pentingnya gerakan nasional untuk mengendalikan inflasi pangan. Semua pihak, menurut dia, harus bekerja sama dalam mengatasi inflasi di Indonesia ini terlebih mengingat kondisi ekonomi dunia yang sedang menghadapi gejolak.
"Sekarang ini kondisi dunia sedang tidak menentu, karena Covid, ada perang, serta berbagai sebab lain sehingga harga energi dan harga pangan global tinggi," ujar Perry saat acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Solo Raya di Hotel Sunan Solo, Sabtu, 3 September 2022
Dia mencontohkan Cina yang saat ini masih memberlakukan lockdown yang berimbas pada masalah distribusi pasokan pangan global. Juga ada perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, padahal kedua negara itu adalah pemasok 20 persen harga energi dan pangan dunia. Akibat perang itu, terjadi kenaikan harga-harga di dunia.
Perry menambahkan, beberapa negara di dunia termasuk negara yang tingkat inflasinya tinggi juga berupaya menurunkannya dengan cara menaikkan suku bunga.
"Setelah suku bunga dikerek, tapi inflasi nggak turun, ekonominya malah nyungsep, sehingga berisiko resesi. Yang dirugikan dalam hal ini tentu saja rakyat," tutur Perry.
Baca Juga:
Oleh karena itu, menurut Perry, yang harus dilakukan pemerintah adalah melindungi rakyat Indonesia dari imbas naiknya harga-harga di pasar global agar tidak sampai menyebabkan harga-harga di dalam negeri ikut naik.
"Oleh karena itu kita perlu melindungi rakyat supaya harga-harga di luar negeri tidak menyebabkan kenaikan harga-harga di dalam negeri, khususnya harga pangan. Apalagi harga pangan ini langsung mengenai kesejahteraan rakyat," ucap dia.
Lalu, bagaimana caranya?
Perry mengatakan ada upaya yang bisa dilakukan, salah satunya dengan ronda inflasi.
Selanjutnya: "Meronda, siskamling, kita waspadai. Kalau ada bahaya, mari bersama lindungi rakyat."