TEMPO.CO, Jakarta - Macro Equity Strategist PT Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi melemah menuju RP 15.500 dan bakal menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS pada pekan depan. Pelemahan rupiah itu diprediksi terjadi usai Bank Indonesia memutuskan tak menaikkan suku bunga acuan.
Bank Indonesia pada Kamis lalu mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo rate (7DRRR) di level 3,5 persen. “Keputusan itu sejalan dengan konsensus pasar tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi kami, memperkirakan kenaikan 25 basis poin menjadi 3,75 persen,” kata Lionel dalam riset, Jumat, 22 Juli 2022.
Dengan prediksi bahwa bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) bakal mengerek suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin dalam pertemuannya Rabu pekan depan, 27 Juli 2022, Lionel menyebutkan selisih antara suku bunga acuan Indonesia dan AS makin menyempit menjadi 100 basis poin. Atas dasar itu, ia memprediksi kurs rupiah bakal melemah ke rentang Rp 15.500 -16.000 per dolar AS.
“Kami juga melihat kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar di kisaran 150-200 basis poin untuk menghentikan pelemahan rupiah lebih lanjut,” tutur Lionel.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada awal pekan depan dibuka berfluktuatif. Kurs rupiah, menurut Ibrahim, bakal ditutup melemah di kisaran Rp 15.000 - 15.030 per dolar AS.
Dalam risetnya, Ibrahim menyatakan pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh respons pasar terhadap Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen.
Stance kebijakan moneter bank sentral yang masih dovish merupakan sebuah kebijakan yang cermat dan terukur di tengah tekanan eksternal yang kuat karena dampak geopolitik yaitu perang Rusia- Ukraina, disrupsi rantai pasokan global, risiko stagflasi, dan lonjakan inflasi dunia.
Meski begitu, menurut Ibrahim, inflasi inti yang masih dalam jangkauan BI, cadangan devisa yang kuat dan terjadi surplus neraca dagang secara konsisten didukung harga komoditas ekspor yang tinggi, juga menjadi pertimbangan bank sentral. Petimbangan BI yang dimaksud adalah untuk tidak mengubah orientasi atau stance kebijakan moneternya yang dovish.
Adapun pada hari ini, Sabtu, 23 Juli 2022, dolar AS terpantau turun pada hari ini setelah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan pada Kamis lalu karena kekhawatiran tentang inflasi yang tidak terkendali mengalahkan kekhawatiran tentang pertumbuhan.
Selanjutnya: Indeks dolar AS hari ini melemah karena data ekonomi yang suram.