TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan harga keekonomian Pertalite dan Pertamax sudah mencapai Rp 30 ribu per liter, bahkan lebih. Tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) ini seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.
“Sekarang ini harga minyak dunia sudah di atas US$ 100 sampai US$ 120 per barel. Harga keekonomian BBM RON 90 maupun RON 92, rata-rata di atas Rp 30 ribu," kata Arifin seperti dikutip dari Bisnis, Senin, 27 Juni 2022.
Sementara itu, harga Pertalite atau RON 90 masih dijual di angka Rp 7.650. Sedangkan Pertamax dijual Rp 12.500 per liter. Angka tersebut, kata Arifin, sangat jauh dari harga keekonomian BBM.
Angka keekonomian BBM lebih besar dari data Kementerian ESDM sebelumnya. Data Kementerian ESDM menunjukkan harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 per April 2022 naik menjadi Rp 16 ribu per liter. Sedangkan sebelumnya, harga keekonomian BBM tersebut sebesar Rp 14.526 per liter.
Arifin menyebut pemerintah harus mengantisipasi gap harga lantaran situasi krisis energi tidak bisa diramalkan selesai tahun ini atau lebih lama lagi. "Makanya, kita perlu mengingatkan ke masyarakat agar menggunakan BBM seefisien mungkin. Ini berdampak pada (membengkaknya) alokasi subsidi," kata dia.
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tetap yakin arus kas perseroan akan membaik sampai akhir 2022. Ia optimistis perusahaan minyak negara itu bisa untung kendati harga jual beberapa produknya kini di bawah harga keekonomian.
"Tetap harus selalu optimistis," ujar Ahok saat dihubungi melalui pesan pendek, 3 Juni lalu.
Ahok menjelaskan Pertamina menjual rugi Pertamax untuk menutup selisih gap harga minyak mentah dan harga jualnya ke konsumen. Nilai kerugian per liter tersebut menyesuaikan rata-rata harga minyak Indonesia atau Indonesian crude price (ICP).
Sedangkan dari seluruh produk yang dijual, Ahok mengakui hanya Pertamax Turbo yang dilepas sesuai dengan harga pasar. Ahok mengatakan pihaknya akan terus mencari solusi untuk mengatasi persoalan gap harga tersebut agar tidak terlalu menekan beban keuangan. Salah satunya dengan efisiensi dari berbagai sisi.
BISNIS
Baca juga: Pertamina Jual Rugi Pertamax dan Dexlite, Ahok: Tetap Harus Optimistis
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini