Meski larangan ekspor dicabut, petani sawit swadaya masih merugi karena harga TBS belum juga kembali ke kondisi normal. Bahkan, saat ini harga TBS jeblok hingga Rp 300 per kilogram. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan harga TBS sawit di Pasamanan Barat, Sumatera Barat, kini di level Rp 600 per kilogram.
Harga TBS sawit yang diterima para petani SPI di wilayah lain juga kompak mengalami tren penurunan yang signifikan. Di Tanjung Jabung Timur harga TBS di bawah Rp 500 per kilogram.
"Kalau aksesnya jauh dari jalan. Ini kan sudah kelewatan. Laporan hari ini ada yang sampai Rp 300 per kilogram," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menemukan banyak petani sawit yang stres akibat harga TBS kelapa sawit anjlok. Gulat Manurung mengatakan saat ini ada 80 petani sawit yang masuk daftar Biro Konsultasi Apkasindo.
Banyak di antaranya menghadapi tekanan akibat efek beruntun anjloknya harga TBS. “Jadi petani sawit ternyata banyak yang stres dan melakukan aksi yang kadang-kadang tidak cocok, seperti menumbang pohon sawitnya dengan parang. Bagaimana mungkin menumbang pohon sawit dengan parang? Itu kan membutuhkan tenaga, tetapi itu bentuk dari stres itu,” kata Gulat Manurung saat dihubungi Tempo, Rabu, 22 Juni lalu.
Gulat mengatakan kondisi ini diketahui saat rapat DPW Apkasindo seluruh Indonesia yang dihadiri 22 perwakilan provinsi. Apkasindo, tutur dia, menginventarisasi satu demi satu kondisi para petani di tiap provinsi dan mencatat tekanan psikologis yang dihadapi petani.
Bukan hanya petani sawit yang terdampak, anak-anak petani pun banyak mengajukan cuti kuliah. Sedangkan anak-anak SMA terpaksa berpikir ulang untuk mendaftar kuliah.
“Memang dahsyat sekali ini multiplayer efek anjloknya harga TBS ini. Kenapa seperti itu? Sebab sawit ini beda dengan batu bara yang dikerjakan pengusaha besar. 42 persen perkebunan sawit itu dikelola oleh rakyat,” tutur Gulat.
EKA YUDHA SAPUTRA | RIANI SANUSI PUTRI
Baca Juga: Harga TBS Anjlok, Apkasindo Minta Pemerintah Bergerak Cepat Kurangi Beban
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini