“Dinamika demand dan supply, dan instrumen mana yang dianggap paling tepat untuk menyelesaikan kemungkinan stagflasi tanpa menyebabkan risiko ekonomi yang sangat besar, ini yang akan menjadi tema kebijakan makro, mikro, bahkan sektoral,” katanya.
Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, pemerintah sebagai pengelola fiskal bersama Bank Indonesia dalam sektor moneter akan melihat data untuk menentukan seberapa cepat untuk menyesuaikan untuk menjaga inflasi tetap rendah dan pendapatan yang diharapkan tumbuh tinggi.
“Inflasi lebih tinggi pasti. Oleh karena itu kebijakan moneter yang lebih ketat dan tinggi interest rate-nya itu pasti, hanya seberapa tinggi dan cepat. Artinya cost of money akan menjadi lebih tinggi,” tuturnya.
Sri Mulyani menjelaskan Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menjaga ekonomi dari sisi neraca pembayaran karena Indonesia produsen berbagai komoditas, namun ia memperingatkan adanya permintaan impor yang mulai meningkat dan dinamika keuangan global dari sisi capital flow.
Baca: Luhut Teken Surat, Audit Perusahaan Sawit Resmi Dimulai
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.