INFO BISNIS – Dalam menghadapi kebangkitan ekonomi, Smart Farming menjadi salah satu cara yang dapat digunakan para petani milenial untuk mengembangkan usaha. Hal itu dikatakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi saat memberi arahan pada BOC volume 179 yang dilaksanakan oleh Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung, belum lama ini.
“Smart farming memungkinkan petani memiliki kendali yang lebih baik terhadap proses produksi, melalui pengelolaan pertanaman dan ternak secara efektif dan efisien,” kata dia.
Smart Farming, kata Dedi, didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas. Teknologi Smart Farming berpotensi menjangkau peluang pasar yang lebih luas dan dapat dicapai dengan produk serta tenaga kerja terstandar melalui implementasi sistem agribisnis modern.
Berbagai penelitian, lanjut dia, menunjukkan bahwa penerapan Smart Farming mampu membantu berbagai kegiatan di bidang pertanian agar lebih cepat dan tepat dibandingkan dengan metode konvensional serta berpotensi besar meningkatkan pendapatan para petani dan berkontribusi terhadap keberlanjutan pertanian. “Smart Farming salah satunya dapat meningkatkan ketepatan dalam pemberian input tanaman dan lahan pertanian sehingga mendorong produksi pertanian lebih tinggi,” katanya.
Dedi Nursyamsi menuturkan, Smart Farming dikembangkan sebagai salah satu respon adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi global. Penerapan Smart Farming dapat mencapai efisiensi biaya dan waktu produksi, peningkatan kualitas dan skala usaha, serta mitigasi iklim melalui penggunaan sumberdaya alam secara bijak.
Keuntungan dari Smart Farming menurut Dedi, dapat membantu petani milenial untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan, meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, meningkatkan biodiversitas serta konservasi air. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh adalah meningkatkan produksi tanaman hingga 20 persen, menurunkan penggunaan air sebesar 30 persen, mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia sebanyak 50 persen, mengurangi penggunaan pupuk, dan pestisida sejumlah 10 persen.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan jika peningkatan produktivitas adalah salah satu fokus utama Kementerian Pertanian. “Kita ingin semua program bisa berjalan dengan maksimal. Kawal pembangunan pertanian dengan baik, kawal juga peningkatan produktivitas agar kita bisa mencapai ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul. (*)