TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga mengatakan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Kementerian Pertanian, saat ini sedang proses pembuatan vaksin untuk Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK).
“Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) telah menginstruksikan langsung kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan agar Pusvetma segera memproduksi vaksin setelah munculnya kasus kejadian PMK di Jawa Timur sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu,” kata Kuntoro dalam keterangan tertulis Sabtu, 28 Mei 2022.
Adapun kemampuan Indonesia dalam produksi vaksin PMK dimulai pada 1952 dan melakukan program vaksinasi massal pada 1964. Kemudian Indonesia sudah bebas dari PMK sejak1986 dan diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987, serta diakui secara internasional oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) sejak 1990. Sejak saat itu, Indonesia tidak lagi memproduksi vaksin PMK.
Kepala Pusvetma Edy Budi Susila mengatakan seiring dengan kejadian wabah masuknya Penyakit Mulut dan Kuku, proses pengembangan produksi vaksin di Pusvetma mulai kembali dan saat ini telah memasuki purifikasi isolate dan fase keenam.
“Proses pembuatan vaksin PMK ini dengan menggunakan teknologi tissue culture dengan sel BKH 21,” ungkap Edy. “Vaksin bersifat inaktif dan diformulasikan dengan adjuvant."
Kendati demikian, Edi mengatakan pengembangan produksi vaksin PMK ini memerlukan proses karena Pusvetma sebelumnya tidak memproduksi vaksin penyakit tersebut sejak Indonesia dinyatakan bebas PMK tanpa vaksinasi oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tahun 1990. Dia menargetkan vaksin rampung diproduksi pada akhir Agustus 2022.
Dengan berbagai tantangan yang ada, Edy memastikan, Tim Pusvetma akan mampu melakukan pengembangan produksi vaksin yang dibutuhkan walaupun memerlukan berbagai penyesuaian.
“Kami optimistis dengan pengalaman Indonesia sebelumnya dan kerjasama dengan para dokter hewan senior, kita akan dapat segera memproduksi vaksin PMK tersebut,” pungkasnya.
Baca Juga: Ketua Tim Riset Perkirakan Antibodi Vaksin Booster Tahan Sampai 6 Bulan Lebih
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
