TEMPO.CO, Jakarta - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mencatat pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) sudah mencapai 72,48 persen. Project Manager Depo Civil LRT Jabodebek Hastomo Adi mengatakan, depo ini untuk tempat parkir dan perbaikan untuk kereta.
“Fungsinya untuk area parkir kereta dan area perbaikan kereta. Baik perbaikan ringan, maupun perbaikan berat. Termasuk pusat kontrol untuk sistem kereta adanya di depo,” katanya saat ditemui di Depo LRT Jatibening, Bekasi, pada Kamis, 10 Maret 2022.
Hastomo juga memaparkan perkembangan pembangunan lintasan dari setiap rute lintasan dan stasiun pada 25 Februari 2022, seperti Cawang sampai Cibubur sudah 94,46 persen dan Cawang sampai Dukuh Atas mencapai 89.12 persen. Kemudian Cawang sampai Bekasi Timur sudah 87,63 persen dan total pengerjaan semua stasiun sudah 67,50 persen.
Kemudian dia merinci perkembangan pengerjaan sipil bagian-bagian dari area di depo tersebut:
- KAI Office Slab: Pondasi 100 persen dan slab 100 persen.
- Light Maintenance: Pondasi 97 persen, slab 99 persen, track 80 persen, bangunan 61 persen.
- Stabling Area: Pondasi 100 persen, slab 100 persen, track 100 persen, dan bangunan 97 persen.
- OCC Building: Pondasi 100 persen, slab 100 persen, dan bangunan 100 persen.
- Heavy Maintenance: Pondasi 96 persen, slab 85 persen, track 0 persen, bangunan 13 persen.
- Access to Heavy Maintenance: Pondasi 100 persen, Slab 100 persen, dan track 100 persen.
- Manuver Track: Pondasi 100 persen, slab 100 persen, dan track 100 persen.
- Access Manuver Track: Pondasi 100 persen, slab 100 persen, dan track 100 persen.
Berdasarkan pantauan, tampak lingkungan depo masih sibuk dengan pengerjaan terutama di bagian Heavy Maintenance. Sedangkan persis di depannya, Light Maintenance sudah tampak selesai dikerjakan.
Hastomo juga menerangkan, keberadaan Depo LRT juga mengandalkan peresapan air di bawah pondasi area Depo. Pihaknya mengklaim dengan tiper struktur pondasi yang menambahkan spunpile fondation (tiang-tiang peninggi) dan ada saluran drainase di bawahnya untuk mengantisipasi banjir.
Sebab menurutnya, area seluas kurang lebih 100 ribu meter per segi tersebut merupakan resapan air. Selain itu area diapit oleh Sungai Kalimalang dan jalan Tol, sehingga air yang mengalir ke depo tetap bisa diserap.
“Kalau tidak ditinggikan lantainya, ini kemungkinan bakal banjir,” tuturnya.
Pada area depo, kata Hastomo, juga menyisakan area pemakaman milik warga sebelum lahan dibebaskan. Dia menuturkan area Tempat Pemakaman Umum (TPU) tersebut tidak dibebaskan, sebab pihak ahli waris tidak lagi berada di daerah tersebut.