TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tingkat utang negara emerging market naik dalam dua tahun ke belakang, seiring dengan defisit anggaran yang melebar akibat pandemi.
"Kita lihat kenaikan utang dari emerging market dari 2020-2021 dibanding pra-Covid level. Dalam hal ini Indonesia naik 10,8 persen," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 27 Januari 2022.
Dari paparan yang disajikan Sri Mulyani ada sejumlah negara dengan kenaikan utang lebih rendah dari Indonesia, misalnya Rusia yang hanya naik 4,1 persen, Arab Saudi naik 6,9 persen, Vietnam naik 4,3 persen, Meksiko naik 6,5 persen, dan Brasil naik 2,9 persen.
Di sisi lain, sejumlah negara utangnya melonjak lebih tinggi dari Indonesia, misalnya Thailand yang naik 17 persen, Filipina yang naik 22 persen, Afrika Selatan naik 12 persen, Cina naik 11,8 persen, Malaysia naik 13,6 persen, dan India naik 16,5 persen.
"Ini suatu cara apakah desain kebijakan dan meng-assure yang kita lakukan relatif bekerja dengan cukup baik dan efektif untuk meng-attack Covid-19 dan eksesnya di perekonomian," tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran di berbagai negara memang mengalami lonjakan akibat kebijakan counter cyclical yang harus ditempuh untuk memulihkan ekonomi di masa pandemi ini.
Terlihat kenaikan defisit APBN Tanah Air mencapai 10,8 persen pada periode 2020-2021. Ia mengatakan angka tersebut lebih besar ketimbang Meksiko dan Vietnam yang hanya naik 8,6 persen dan 6,7 persen.