TEMPO.CO, Pangkalpinang - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah memfasilitasi pertemuan masyarakat penambang dengan perusahaan timah milik keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Aryo Puspito Setyaki Djojohadikusumo, yakni PT Mitra Stania Prima (MSP).
Mediasi dilakukan setelah sebelumnya, ratusan penambang menyerbu lokasi tambang di wilayah Izin Usaha Pertambangan IUP PT Mitra Stania Kemingking (MSK) pada hari Selasa, 11 Februari 2022. Mereka membakar Pos Pengamanan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) MSK yang terletak di Desa Penyak Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah.
"Ada masalah seperti harga beli timah oleh PT MSK yang murah, persoalan jalan, retribusi dan beberapa masalah lain yang selama ini terjadi. Kemudian spontan penambang berkumpul dan mendatangi lokasi. Lalu ricuh berujung pada pembakaran dan pengrusakan," ujar Sapawi kepada Tempo, Rabu, 12 Januari 2022.
Adapun dalam pertemuan mediasi tersebut, tokoh masyarakat Desa Penyak Haji Samsul mengatakan awal permasalahan dengan MSP muncul setelah ada oknum perusahaan yang dianggap tidak amanah. Kehadiran oknum itu dinilai justru merugikan masyarakat penambang.
Hal itu, kata Samsul, yang membuat nama perusahaan jelek padahal awalnya tidak ada masalah. "Selain itu, tidak perlu menempatkan banyak orang mengawasi. Tunjuk saja kolektor yang dipercaya perusahaan untuk menampung timah masyarakat," tuturnya dalam rapat mediasi yang digelar di Ruang VIP Bupati Bangka Tengah, Rabu, 12 Januari 2022.
Menurut Samsul, masyarakat penambang merasa diperlakukan seperti penjahat. Padahal, kata dia, masyarakat hanya berjuang mencari nafkah.
Ia pun menyebutkan sebetulnya penyelesaian konflik bisa dilakukan dengan cara sederhana saja. "Cukup perusahaan merubah pola teknis pembelian pasir timah. Wajar karena desa kita banyak berkorban terhadap perusahaan. Kita sama-sama berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi," ujar dia.