TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan kesejahteraan buruh di Indonesia tak akan membaik jika tidak ada transformasi ekonomi. Transformasi yang ia maksud adalah kegiatan dari yang bersifat ekstraktif ke arah ekonomi kreatif.
“Nasib buruh itu akan begini-begini saja kalau tidak terjadi transformasi ekonomi. Kalau ekonomi Indonesia masih mirip dengan zaman penjajahan, batu bara dikeruk langsung jual, sawit dipetik langsung jual, hutan ditebang langsung jual, tenaga kerja terserap hanya sedikit,” ujar Faisal dalam diskusi bersama Partai Buruh, Kamis, 6 Januari 2022.
Faisal menyatakan penciptaan nilai tambah dari sebuah kegiatan menjadi kunci utama bagi transformasi ekonomi. Artinya ekonomi Indonesia akan berkembang jika negara mampu meningkatkan nilai tambahnya.
Menurut Faisal, perekonomian di Indonesia tidak kunjung membaik karena pemerintah salah mendiagnosis masalah. Ia menyebut pemerintah hanya berfokus meningkatkan investasi, padahal kinerja investasi di Indonesia sudah tinggi.
Menyitir World Investment Report United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Indonesia masuk 17 besar di peringkat investasi dunia melampaui Prancis, Vietnam, dan Jepang pada 2019. Indonesia hanya setingkat di bawah Inggris dan dua tingkat di bawah Uni Emirat Arab.
“Ada salah fokus, high cost economy, (investasi) semua dikasih ke BUMN, tidak ada persaingan, korupsi, dan sebagainya,” ujar Faisal.
Akibat salah diagnosis tersebut, Faisal mengatakan masyarakat dan kelompok buruh merasakan imbasnya. Persoalan ini merembet pada kegagalan sistem dalam menyerap pekerja dan pembukaan lapangan kerja.
Dia berujar seperlima dari pengangguran yang ada di Indonesia merupakan masyarakat dengan usia produktif pada rentang 15-24 tahun. “Padahal kalau ini semua menjadi konsensu, Indonesia akan lebih baik,” tuturnya.
Faisal Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 masih akan lebih rendah dari capaian pandemi Covid-19 lantaran belum ada perubahan untuk berbagai kebijakan perekonomian. Menurut dia, pemulihan paling cepat akan terjadi pada 2023.
Baca: Goldman Sachs Prediksi Harga Bitcoin Bisa Melonjak hingga Rp 1,4 Miliar, Kenapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.