Kenji mengatakan, industri di Jepang secara rutin mengimpor batu bara hampir sekitar 2 juta ton per bulan dari Indonesia untuk pembangkit listrik dan manufaktur. Sehingga larangan ekspor secara mendadak ini, kata Kenji, memiliki dampak yang serius terhadap kegiatan ekonomi dan aktivitas harian masyarakat Jepang.
Kenju memahami bahwa larangan ekspor ini terbit karena adanya kekurangan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik domestik di Indonesia. Tapi, Kenju juga menyebut permintaan listrik di Jepang juga sedang tinggi di tengah musim dingin, sekalipun ada beberapa alternatif batu bara dan gas alam cair (LNG) yang bisa diperoleh di masa depan.
Berdasarkan laporan perusahaan perkapalan Jepang, Kenji menyebut setidaknya ada lima kapal yang mengangkut batu bara ke negara mereka yang saat ini sedang menunggu keberangkatan. Oleh sebab itu, Kenji berharap Arifin bisa menerbitkan izin keberangkatan secara khusus untuk kelima kapal ini yang sudah siap untuk berangkat ke Jepang sesegera mungkin.
Terakhir, Kenji juga melampirkan surat berisi penjelasan dari Konzo Takuji, Kepala JCC, yang merespons larangan ekspor dari ESDM ini. Kenji juga telah mengetahui kalau pemerintah Indonesia akan mengevaluasi kebijakan ini pada 5 Januari.
Sehingga, Kenji menyatakan dirinya sangat mengapresiasi rencana evaluasi bila nantinya Indonesia memberikan perhatian pada aspirasi Jepang ini. Termasuk, menggelar diskusi lebih lanjut dengan dunia usaha dari Jepang guna menjaga hubungan ekonomi yang telah terjalin erat antara Jepang dan Indonesia.
Baca Juga: Kaltim Umumkan 25 Perusahaan Sudah Bisa Ekspor Batu Bara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.