Perseroan pun merencanakan pendekatan berbeda dari sebelum-sebelumnya. Misalnya, dulu perusahaan akan mengasumsikan jumlah penumpang atau barang yang diangkut lalu menyediakan pesawat sebanyak-banyaknya sesuai beban yang direncanakan. Pendekatan itu akan diubah.
"Faktanya, Pengalaman mengajarkan kepada kita approach itu tidak terlalu tepat. Approach paling tepat adalah mengoperasikan pesawat di rute yang profitable dan secara perlahan-lahan ke rute lain maupun meningkatkan frekuensi," tutur Irfan.
Irfan mengatakan rute yang dianggap tidak cocok, seperti Bandung-Denpasar, akan dihapus. Begitu pula dengan sejumlah rute internasional bakal ditutup.
"Yang masih kami operasikan atau terbangkan itu Hong Kong, Sidney, Narita, Seoul, Cina," tutur Irfan.
Dalam bisnisnya, ia pun mengatakan perseroan akan mengedepankan aspek kesehatan publik. Musababnya, ketika sisi kesehatan mulai normal, mobilisasi akan menjadi keniscayaan. Bila mobilisasi telah pulih, ia berharap ke depannya Garuda akan ikut tumbuh.
Baca: Hasil Investigasi: LRT Jabodebek Tabrakan Akibat Petugas Komunikasi via WA Grup
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.