Untuk SBN, penerbitan akan dilakukan melalui lelang dan non-lelang. Porsi terbesar yaitu Surat Utang Negara atau SUN yaitu 69 sampai 72 persen. Lalu sisanya Surat Berharga Syariah Negara alias Sukuk, yaitu 28 sampai 31 persen.
Lalu sisanya berasal dari pinjaman dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga, total pembiayaan utang pun sebesar Rp 973,6 triliun yang merupakan nilai neto. Sebab, pemerintah juga harus membayar cicilan pokok pinjaman
Dengan seluruh pembiayaan utang ini, maka rasio utang Indonesia terhadap PDB pun diproyeksikan akan naik. Dari angka sementara di tahun ini yaitu 41,4 persen menjadi 43,1 persen tahun depan.
Berikut rincian pembiayaan utang sebesar Rp 973,6 triliun pada tahun depan berdasarkan APBN 2022 yaitu sebagai berikut:
Pertama, SBN (neto): Rp 991,3 triliun
Kedua, Pinjaman (neto): Rp 17,7 triliun
-penarikan pinjaman dalam negeri (bruto): Rp 3,6 triliun
-pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri: (Rp 1,8 triliun)
-penarikan pinjaman luar negeri (bruto): Rp 63,5 triliun
-pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri: Rp 83 triliun
Baca Juga: Keuangan Memburuk, Angkasa Pura I Tawarkan Pensiun Dini ke Karyawan