4. Harga Tes PCR Turun, Kadin: Jalan Tengah
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan Denon Prawiraatmadja mengatakan pelaku usaha menyambut baik penurunan harga tes polymerase chain reaction (PCR). Ia menganggap penurunan harga itu adalah respons pemerintah atas reaksi pengusaha yang mengkritik aturan kewajiban PCR bagi penumpang pesawat.
“Apa yang kami sampaikan ke pemerintah cukup baik direspons. Menurut kami, ini jalan tengah supaya dari sisi pemulihan ekonomi bagus, tapi protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 berjalan,” tutur Denon kepada Tempo, Kamis petang, 28 Oktober 2021.
Kadin, kata Denon, telah berdiskusi dengan pemerintah untuk membahas kewajiban tes PCR. Pemerintah mewajibkan penumpang angkutan udara menunjukkan hasil tes PCR untuk rute Jawa dan Bali serta daerah dengan level PPKM 3 dan 4.
Akibat kewajiban ini, penumpang akan merasa terbebani sehingga menyebabkan bisnis maskapai ikut tergerus. Sebab saat pemerintah mengeluarkan aturan itu, harga rata-rata tes PCR masih di atas Rp 495 ribu.
Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan penurunan harga batas atas tes. Dua hari lalu, Kementerian Kesehatan memastikan harga tertinggi tes PCR untuk wilayah Jawa dan Bali ialah Rp 275 ribu dan untuk luar Jawa dan Bali Rp 300 ribu dari semula Rp 495 ribu hingga lebih dari Rp 500 ribu.
Denon mengatakan maskapai sejatinya mendukung upaya pemerintah memperketat protokol kesehatan bagi penumpang angkutan. Musababnya, menjelang akhir tahun, pergerakan penumpang akan meningkat dan berpotensi mendorong penyebaran virus corona.
Baca berita selengkapnya di sini.
5. Facebook Inc Resmi Berubah Nama Menjadi Meta
Facebook Inc resmi berubah nama menjadi Meta. Rebranding itu dilakukan dengan berfokus membangun 'metaverse', lingkungan virtual yang digadang-gadang bakal menjadi penerus internet seluler.
"Saat ini, merek kami terkait erat dengan satu produk sehingga tidak mungkin mewakili semua yang kami lakukan hari ini, apalagi di masa depan," kata pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dilansir dari Reuters, Jumat, 29 Oktober 2021.
Mark mengatakan nama baru itu mencerminkan langkah perseroan yang berinvestasi di metaverse, ketimbang layanan media sosial senama, yang akan terus disebut Facebook.
Metaverse adalah istilah yang diciptakan dalam novel dystopian "Snow Crash" tiga dekade lalu dan sekarang menarik perhatian di Silicon Valley. Ini merujuk pada gagasan tentang dunia virtual bersama yang dapat diakses oleh orang-orang yang menggunakan perangkat yang berbeda.
Dalam keterangannya, perseroan, yang telah banyak berinvestasi dalam augmented reality dan virtual reality, mengatakan perubahan itu akan menyatukan berbagai aplikasi dan teknologi di bawah satu merek baru. Adapun struktur perusahaan tidak akan berubah.
Perubahan nama itu pun dilakukan ketika perusahaan media sosial terbesar di dunia itu menghadapi kritik dari pembuat undang-undang dan regulator atas kekuatan pasarnya, keputusan algoritmik, dan pemolisian pelanggaran pada layanannya.
Baca berita selengkapnya di sini