TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan berdasarkan World Economic Outlook dirilis IMF, diperkirakan harga komoditas akan tetap tinggi hingga tahun depan.
"Harga komoditas meningkat dalam World Economic Outlook diperkirakan tetap tinggi sampai 2022," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin, 25 Oktober 2021.
Kenaikan harga komoditas belakangan terjadi seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi setelah turunnya kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia. "Indonesia juga akan menghadapi dampak kenaikan komoditas unggulan."
Beberapa komoditas yang harganya melonjak antara lain adalah batu bara, gas, minyak, nikel, dan minyak sawit. Di samping dampak positif terhadap ekonomi Indonesia, lonjakan harga komoditas pun turut mengerek angka inflasi dunia.
"Inflasi harus diwaspadai. Inflasi global melonjak sangat tinggi dari level di 3,5 persen menjadi 4,3 persen. ini jadi suatu tekanan yang kita harus antisipasi dan waspadai," ujar Sri Mulyani.
Selain dipicu harga komoditas, inflasi juga turut disumbang oleh harga pangan, disrupsi dari sisi pasokan, dan peningkatan agregat demand. "Karena itu indeks harga pangan harus diwaspadai karena kita khawatir bisa menjadi pemicu inflasi."
Secara umum, perbaikan ekonomi dunia juga terlihat dari kinerja manufaktur global dan Indonesia yang mengalami perbaikan. Hingga September, purchasing managers' index atau PMI global mencatatkan angka ekspansif 54,1.
Sementara itu, PMI di negara utama ekonomi global, yaitu Amerika dan Eropa, PMI tercatat di level 60 dan 58,6. Adapun di Indonesia, ekspansi kegiatan manufaktur tampak dari angka PMI yang mencapai 52,2.
"Artinya kegiatan maufaktur global naik signifikan," ujar Sri Mulyani. "PMI global sampai September masih ekspansif akibat makin terkendalinya Covid, namun tidak berarti varian delta dan Covid sudah selesai."
BACA: Kondisi Covid-19 Global Membaik, Sri Mulyani: Tak Berarti Masalah Selesai
CAESAR AKBAR