Bantuan likuiditas dari IMF ini mendorong peningkatan cadangan devisa Indonesia menjadi sebesar US$ 144,8 miliar, tertinggi sepanjang sejarah. Nilai cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menyebutkan SDR ditujukan untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global serta memperkuat cadangan devisa global. “Secara khusus IMF berinisiatif untuk mendukung negara-negara yang cenderung vulnerable atau rentan untuk dapat mengatasi dampak dari krisis pandemi Covid-19,” katanya.
SDR ini, menurut dia, dapat membantu pemerintah mengatasi pandemi Covid-19, misalnya dalam melakukan pengadaan impor vaksin, pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan tekanan ke nilai tukar rupiah.
Selain itu, SDR dari IMF akan memiliki instrumen yang cukup untuk mengantisipasi risiko dari kebijakan penarikan stimulus moneter atau tapering, khususnya oleh bank sentral Amerika Serikat, atau The Fed, yang diperkirakan akan dilakukan mulai akhir tahun ini.
“Cadangan devisa merupakan first line of defense atau bantalan utama untuk menjaga stabilnya nilai tukar,” kata Josua. Dari catatan BI, alokasi SDR yang dilakukan IMF adalah untuk memperkuat likuiditas global, sehingga akan memperkuat cadangan devisa bagi negara-negara anggota IMF.
BISNIS
Baca: Daftar Obligor Prioritas Satgas BLBI, dari Tutut Soeharto hingga Bos Texmaco