Sedangkan melihat profilnya, Blibli merupakan e-commerce yang telah dikenal dan saat ini mempunyai lebih-kurang 20 gudang barang serta 32 hub yang berlokasi di kota-kota besar. Meski demikian, Ibrahim meminta pasar tetap waspada terhadap pergerakan harga saham setelah IPO.
Bisa saja, kata dia, tren belanja di e-commerce tidak akan sekencang selama pandemi Covid-19 pada tahun depan apabila keadaan wabah telah membaik. Bahkan, kinerja e-commerce diprediksi dapat menurun lantaran masyarakat kembali berbelanja ke pasar konvensional.
“Kita juga harus melihat adanya spekulasi kalau ada goreng-menggoreng saham. Kita tahu penjaminnya adalah asing. Investor asing yang mau beli saham Blibli bisa cepat keluar walau ada informasi saham akan naik 80 persen atau 90 persen dalam waktu satu minggu,” kata Ibrahim.
Adapun PT Global Digital Niaga, perusahaan yang mengelola Blibli.com, dikabarkan telah menunjuk penasihat keuangan untuk melakukan initial public offering atau IPO. Selain Credit Suisse Group AG dan Morgan Stanley, bank lain kemungkinan akan ditambahkan ke daftar untuk menangani IPO Blibli.
Karena masih dalam tahap diskusi awal, target dana yang akan diraup dalam IPO itu belum disebutkan. Jika rencana ini berjalan mulus, Blibli akan menjadi platform e-commerce kedua yang melakukan IPO setelah PT Bukalapak.com (BUKA).
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca: AirAsia Resmi Luncurkan Taksi Online, Tony Fernandes: Cheapest and Best Ride