TEMPO.CO, Jakarta - Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid mengatakan keputusannya untuk mundur sebagai Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (persero) Tbk tidak hanya bertujuan untuk membantu perusahaan melakukan penghematan biaya operasional. Lebih dari itu, Yenny menyebut keputusan ini juga merupakan sebuah pesan bagi pihak eksternal.
"Bukan dilihat angkanya saja (penghematan), tapi pesannya yang ingin disampaikan," kata Yenny dalam diskusi di Live Instagram @tempodotco pada Kamis, 19 Agustus 2021.
Pihak eksternal yang dimaksud adalah lessor, perusahaan yang menyewakan pesawat kepada Garuda. Sebab, Garuda sekarang masih melakukan renegosiasi biaya pesawat. Misalnya biaya sewa US$ 5 juta, mungkin bisa dikurangi US$ 2 juta. "Kami minta mereka berkorban juga," kata dia.
Tapi sebelum meminta semua pihak untuk berkorban, Yenny menyebut internal Garuda Indonesia pun juga harus mau berkorban juga. "Oh di internal (Garuda) juga memang lagi susah, itu pesannya," kata dia.
Pesan ini tidak hanya dari keputusan Yenny mundur sebagai komisaris pada 13 Agustus 2021. Akan tetapi, juga dari beberapa anggota komisaris lainnya yang sudah meninggalkan Garuda seperti Triawan Munaf, Peter F. Gontha, dan Elisa Lumbantoruan.
Anggota dewan komisaris Garuda Indonesia pun akhirnya kini tinggal diisi oleh tiga orang saja yaitu Chairal Tanjung, dan dua nama baru Timur Sukirno, dan Abdul Rachman. Yenny yakin ketiga komisaris ini sangat kompeten dan bisa membantu Garuda.
Yenny Wahid tidak merinci berapa besar penghematan yang bisa dilakukan dengan berkurangnya jumlah komisaris ini. Akan tetapi, Ia meyakini keputusan ini cukup membantu keuangan Garuda. "Pasti lumayan, kalau kecil tapi banyak dilakukan, pasti banyak juga terjadi akumulasinya (penghematan)," kata dia.
Baca Juga: Yenny Wahid: Bisnis Kargo Garuda Indonesia Tumbuh Berlipat, tapi Tak Cukup