Ia menjelaskan, laba bersih per April 2021 itu melonjak 137,7 persen ketimbang periode serupa tahun lalu yang rugi Rp 13,9 triliun. "Peningkatan laba ini disebabkan penurunan rugi selisih kurs," kata Zulkifli dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Selasa, 25 Mei 2021.
Sepanjang empat bulan pertama di 2021, Zulkifli menjelaskan, total aset PLN senilai Rp 1.599,5 triliun atau naik sebesar 0,7 persen dibandingkan dengan total aset pada 2020. Kenaikan tersebut disebabkan adanya kenaikan piutang usaha dan pajak yang dibayar di muka.
Sementara itu, Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA pada periode itu naik 16 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan adanya peningkatan laba usaha.
Selain itu, kata Zulkifli, posisi utang PLN per April 2021 sebesar Rp 448,6 triliun atau turun 0,8 jika dibandingkan dengan saldo pada 2020. "Penurunan karena pembayaran yang kami lakukan terhadap debt lebih besar daripada penarikan pinjaman baru."
Sepanjang tahun 2020 lalu, PLN membukukan laba bersih senilai Rp 5,9 triliun atau naik Rp 1,6 triliun dibandingkan pada 2019 senilai Rp 4,3 triliun. Capaian itu melebihi RKAP Desember 2020 revisi yang ditetapkan rugi sebesar Rp 20,7 triliun. "Peningkatan laba terutama efisiensi beban usaha, beban usaha turun Rp 14,4 triliun, sehingga meski pendapatan usaha turun perusahaan masih mampu membukukan laba," kata Zulkifli.
BISNIS
Baca: Hyundai dan LG Investasi Rp 15,9 Triliun untuk Bangun Pabrik Baterai di RI