Stok beras yang layak konsumsi pun tercatat kurang dari 500 ribu ton atau sekitar 20 persen dari kebutuhan beras rata rata tiap bulan sebesar 2,5 juta ton. Meski demikian, di tempat lain, stok beras masih menunjukkan angka yang relatif bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pada Februari 2021, stok beras di penggilingan padi tercatat sebesar 1 juta ton; di LPM, 6,3 ribu ton; di PIBC 30,6 ribu ton; dan stok di Horeka sekitar 260,2 ribu ton. Sedangkan stok di level rumah tangga sekitar 3,2 juta ton.
Di sisi lain, merujuk angka sementara Badan Pusat Statistik pada 2021, potensi produksi beras pada Januari-April 2021 bisa mencapai 14,54 juta ton beras. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan produksi beras pada subround Januari-April 2020 sebesar 11,46 juta ton.
Adapun polemik impor beras dikhawatirkan bisa membuat harga gabah di tingkat petani makin tertekan. Menurut data BPS, harga gabah pada Januari 2021 mengalami penurunan menjadi Rp 4.900 per kilogram dari tahun lalu sebesar Rp 5.273 per kilogram.
Pada Februari, penurunan kembali terjadi menjadi Rp 4.758 per kilogram dari tahun lalu sebesar Rp 5.176. “Harga gabah tahun ini turun padahal Januari-Februari belum ada isu impor beras. Sebelum impor harga sudah turun, apalagi ada impor,” tutur Yeka.
Baca: Soal Rencana Impor Beras, Pengusaha Penggilingan Padi Desak Mendag Mundur