Dalam menghadapi situasi tersebut, Sri Mulyani memikirkan cara untuk lebih dulu membangun hubungan agar dapat menyampaikan hal-hal yang ingin dicapai bersama. Jadi, kata dia, pemimpin tidak boleh menunjukkan bahwa ia seorang yang memimpin secara mutlak dan harus dilayani.
“Jadi bukan yang terpenting saya adalah pemimpin kamu, tapi relationship. To lead itu tujuannya bukan kamu melayani saya, tapi untuk mencapai tujuan bersama,” kata Sri Mulyani.
Selain itu, ia mengatakan seorang pemimpin tak boleh hanya memerintah. Sebab, sikap yang cenderung memerintah akan membuat suasana menjadi tidak nyaman. “Karena bossing arround itu ya nyebelin aja,” ujar Sri Mulyani.
BACA: Kisah Utang Sea Games 1997, Bambang Trihatmodjo vs Sri Mulyani
FRANCISCA CHRISTY ROSANA