Kebijakan PSBB ketat yang kembali diterapkan September 2020 membuat indeks harga saham gabungan atau IHSG kembali amblas di posisi 5.000-an. Saham-saham emiten kembali jeblok, khususnya bidang yang terdampak.
Resesi terus berlanjut pada akhir 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang diperkirakan, kembali mengalami kontraksi pada kuartal terakhir sebesar -2,19 persen. Kendati pelbagai sektor sudah mengalami pemulihan, badai PHK masih tak bisa terhindarkan.
Suasana gerai Ramayana yang tutup di City Plaza Depok, Jawa Barat, Kamis, 9 April 2020. Ramayana menutup operasionalnya di City Plaza Depok, dimana 87 karyawan terkena PHK lantaran omzet penjualan yang menurun diakibatkan wabah virus Corona atau COVID-19. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sepanjang 2020, BPS melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mengalami kenaikan dari 5,23 persen menjadi 7,07%. Dilihat berdasarkan lokasinya, pengangguran di kota lebih tinggi lonjakannya ketimbang di desa. Di kota, tingkat pengangguran naik sebesar 2,69 persen, sedangkan di desa 0,79 persen.
Meski sejumlah sektor lesu, beberapa bidang justru berhasil mengambil momentum. Sektor-sektor yang moncer selama pandemi ialah usaha yang bergerak di bidang pertanian, kesehatan, hingga telekomunikasi. BPS melaporkan, selama 2020, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 11,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2019. Sedangkan sektor komunikasi dan informatika menguat 10,58 persen.
Pandemi juga mendorong munculnya inovasi dan kreasi baru, contohnya tren penjualan tanaman hias. Dengan peningkatan kegiatan, darurat ekonomi karena pandemi diharapkan bisa mereda pada 2021. Pemerintah meyakini ekonomi bergerak ke arah lebih positif sepanjang 2021 meski belum sepenuhnya pulih seperti masa sebelum pandemi. Semoga setelah setahun corona.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA